Advertisement
Retakan Tanah Muncul di Sompok Imogiri Usai Jalan Wunut Putus
Warga melintas di ruas jalan di Padukuhan Sompok yang retak pada Sabtu (22/11 - 2025). Garis polisi dan papan peringatan sudah terpasang di lokasi tersebut untuk mengantisipasi retakan meluas.
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Retakan tanah kembali muncul di jalur Imogiri, tepatnya di Padukuhan Sompok, Kalurahan Sriharjo, Imogiri, Bantul. Lokasi ini berada di satu jalur dengan titik jalan putus di Padukuhan Wunut yang amblas pada Jumat (21/11/2025), hanya berjarak beberapa puluh meter di sebelah barat.
Retakan berada di lajur selatan yang berbatasan langsung dengan aliran Sungai Oya. Panjang retakan diperkirakan lebih dari 10 meter sehingga kendaraan harus melintas secara bergantian ketika kondisi lalu lintas ramai. Garis polisi dan papan peringatan telah terpasang di titik rawan tersebut.
Advertisement
Dukuh Sompok, Triyono, mengatakan gejala keretakan sebenarnya sudah muncul sejak sekitar sepekan terakhir. Namun perhatian warga meningkat setelah insiden putusnya jalan Wunut.
“Yang memicu ramai itu karena setelah jalan Wunut putus, warga Sompok, terutama RT 6, khawatir retakan yang ada akan berkembang menjadi putus seperti Wunut,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025).
BACA JUGA
Menurut Triyono, wilayah Sompok memang memiliki riwayat tanah labil sejak lama. Beberapa rumah bahkan pernah direlokasi akibat tanah amblas. Kendati demikian, sebagian warga kembali menempati rumah lama karena merasa nyaman tinggal di lokasi tersebut.
“Dulu juga sudah pernah ambles. Warga pindah, sudah disiapkan relokasi, tapi tetap dipakai lagi,” katanya.
Retakan terbaru berada dekat jalur lama Mojorowunut yang kini di peta tercatat sebagai jalan jembatan gantung dan secara administratif masuk wilayah Padukuhan Wunut.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, delapan rumah dengan total 19 jiwa diminta tidak bermalam di rumah masing-masing. “Disarankan kalau malam tidur di rumah relokasi atau ke rumah orang tua. Siang mereka kembali beraktivitas seperti biasa,” tutur Triyono.
Dari delapan keluarga tersebut, empat keluarga memiliki rumah relokasi sehingga hanya berpindah saat malam hari. Dua keluarga menumpang ke rumah kerabat, sementara satu keluarga sedang mudik ke Semarang. Ia menegaskan warga tidak mengungsi ke barak atau posko.
“Ngungsinya mandiri di rumah masing-masing yang aman,” imbuhnya.
Triyono berharap retakan tidak berkembang menjadi longsor besar seperti di Wunut yang mengisolasi tiga RT. “Mudah-mudahan cukup retak saja dan kami juga sudah koordinasi dengan kapanewon untuk rencana rehabilitasi jalan yang retak itu,” katanya.
Warga setempat, Arif Budiman, menambahkan bahwa retakan tersebut sebenarnya sudah lama ada. Ia menilai Sompok lebih rawan banjir dibanding longsor. "Yang rawan di Padukuhan Sompok malah justru banjir, bukan longsor akibat tanah retak," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pekerja Minta UMK Jogja 2026 Mengacu KHL Rp4,4 Juta
- Hadapi Cuaca Ekstrem, Wisata Potrobayan di Bantul Tutup Sementara
- Muhammadiyah DIY Gelar OlympicAD 2025, Diikuti Ribuan Peserta
- Pasutri Tukang Rosok Tewas Tertimpa Pohon di Ring Road Utara Jogja
- DIY Perketat Distribusi, Pupuk Indonesia dan KP3 Lakukan Pengawasan
Advertisement
Advertisement






