Advertisement
PHRI DIY Batasi Kenaikan Tarif Hotel Nataru Maksimal 40 Persen
Ilustrasi kamar hotel Greenhost. - Istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA — Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengimbau pelaku usaha perhotelan agar membatasi kenaikan harga sewa kamar selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) maksimal 40%.
Ketua PHRI DIY Dedi Pranowo Eryono mengatakan imbauan tersebut telah disampaikan kepada seluruh anggota PHRI di DIY. Menurutnya, kebijakan batas kenaikan harga sudah menjadi kesepakatan yang diterapkan setiap tahun.
Advertisement
“Kalau ada kenaikan, itu sudah ada kesepakatan batas bawah dan batas atas seperti tahun-tahun lalu. Batas atas maksimal 40 persen dari public rate. Tapi melihat kondisi sekarang, teman-teman masih melihat situasi dan daya beli, jadi tidak gegabah,” kata Dedi, Minggu (14/12/2025).
Meski demikian, Dedi menyebut mayoritas pelaku usaha hotel di DIY memilih menaikkan tarif kamar hanya sekitar 10–20 persen. Langkah tersebut diambil untuk menjaga minat kunjungan wisatawan di tengah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
BACA JUGA
Sementara itu, tingkat reservasi hotel di DIY pada periode 20–31 Desember 2025 masih berada di kisaran 30–50 persen. Angka tersebut turun sekitar 10–15 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024.
Dedi menjelaskan kenaikan tarif kamar hotel tetap mempertimbangkan peningkatan biaya operasional dan bahan baku hotel serta restoran yang biasanya mulai terasa menjelang akhir tahun. Ia memperkirakan lonjakan biaya operasional mulai terjadi sekitar 20 Desember 2025.
Namun demikian, reservasi kamar hotel untuk puncak libur Nataru pada 30–31 Desember 2025 dinilai belum menunjukkan kenaikan signifikan. Dedi menilai perubahan pola wisatawan yang cenderung datang langsung tanpa melakukan pemesanan jauh-jauh hari turut memengaruhi tingkat hunian hotel.
Selain itu, tidak semua wisatawan yang datang ke DIY menginap di hotel anggota PHRI. Sebagian wisatawan memilih menginap di rumah keluarga, homestay, vila, atau kos-kosan harian yang belum seluruhnya tertata dan berizin.
“Banyak wisatawan yang pulang ke Jogja memilih menginap di rumah keluarga atau akomodasi nonhotel. Jadi, jumlah kunjungan ke Jogja belum tentu mendongkrak okupansi hotel anggota kami,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Rencana Disneyland di Thailand Dikaji, Pariwisata Keluarga Disasar
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




