Advertisement

Peneliti UGM Temukan Retakan Tanah di Menoreh, Puluhan KK Terancam

Uli Febriarni
Rabu, 04 April 2018 - 18:37 WIB
Nina Atmasari
Peneliti UGM Temukan Retakan Tanah di Menoreh, Puluhan KK Terancam Tanah longsor di Kulonprogo. - Harian Jogja/Uli Febriarni

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO-Retakan tanah dan keberadaan batuan besar di salah satu sisi bukit di Girimulyo ancam puluhan Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di wilayah setempat. Hal tersebut berdasarkan hasil pantauan awal Tim Peneliti Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), di Dusun Ngrancah, Desa Pendoworejo.

Peneliti Geologi, Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Wahyu Wilopo menjelaskan, dalam penelitian awal di lokasi, diketahui bahwa di wilayah tersebut ada dua informasi yang penting diketahui terkait rekomendasi mitigasi bencana.

Dilihat dari kondisi bagian atas [permukiman yang berada di sebelah atas], ada potensi longsoran yang bergerak cepat dalam bentuk luncuran. Kewaspadaan dan antisipasi perlu ditingkatkan, mengingat kemiringan tebing 40 hingga 50 derajat membawa ancaman yang besar.

Adapun di bagian atas bukan hanya terdapat tanah, melainkan juga batu. Selain itu, apabila turun hujan, ada tiga sampai empat unit rumah yang berada di bagian atas harus mengalah [pindah sementara].

"Ada beberapa rumah di bagian lereng, dan retakan yang cukup besar. Sehingga perlu dimonitor seberapa gerakannya. Setelah musim hujan, kalau memang pergerakannya progresif, harus [dilakukan] evakuasi," kata dia, di sela penelitian awal, Rabu (4/4/2018).

Dari retakan yang ditemukan di wilayah sebelah bawah, terlihat adanya potensi gerakan tanah bersifat rayapan dan sangat dikontrol dengan komposisi tanah lempung. Retakan bukan muncul baru-baru saja, melainkan sejak tahun lalu. Bahkan retakan tetap muncul kendati memasuki musim kemarau, walau retakan muncul progresif di kala musim hujan.

"Ancaman besar yang timbul adalah jatuhnya batuan sebesar sekitar lebih dari satu meter dari atas. Kami sudah berdiskusi dengan Kepala Dusun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tagana, kalau bisa batuan itu dihilangkan misalnya terlebih dahulu dipecah kecil-kecil agar tidak lagi menjadi ancaman," tuturnya.

Tim Peneliti juga menyoroti saluran drainase. Di bagian atas tidak terlihat drainase kecuali di bagian lereng. Diperkirakan sebelumnya ada drainase namun karena perawatan yang kurang, terjadi penumpukan dan akhirnya menyebabkan drainase hilang.

Sedangkan di bagian bawah sudah mulai ada pembangunan drainase di pinggir jalan dan tepian rumah. Drainase ini menjadi salah satu jalan agar air yang jatuh tidak menunjukkan gaya bebas.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting

News
| Kamis, 25 April 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement