Advertisement
Peneliti UGM Temukan Retakan Tanah di Menoreh, Puluhan KK Terancam
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO-Retakan tanah dan keberadaan batuan besar di salah satu sisi bukit di Girimulyo ancam puluhan Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di wilayah setempat. Hal tersebut berdasarkan hasil pantauan awal Tim Peneliti Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), di Dusun Ngrancah, Desa Pendoworejo.
Peneliti Geologi, Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Wahyu Wilopo menjelaskan, dalam penelitian awal di lokasi, diketahui bahwa di wilayah tersebut ada dua informasi yang penting diketahui terkait rekomendasi mitigasi bencana.
Dilihat dari kondisi bagian atas [permukiman yang berada di sebelah atas], ada potensi longsoran yang bergerak cepat dalam bentuk luncuran. Kewaspadaan dan antisipasi perlu ditingkatkan, mengingat kemiringan tebing 40 hingga 50 derajat membawa ancaman yang besar.
Adapun di bagian atas bukan hanya terdapat tanah, melainkan juga batu. Selain itu, apabila turun hujan, ada tiga sampai empat unit rumah yang berada di bagian atas harus mengalah [pindah sementara].
"Ada beberapa rumah di bagian lereng, dan retakan yang cukup besar. Sehingga perlu dimonitor seberapa gerakannya. Setelah musim hujan, kalau memang pergerakannya progresif, harus [dilakukan] evakuasi," kata dia, di sela penelitian awal, Rabu (4/4/2018).
Dari retakan yang ditemukan di wilayah sebelah bawah, terlihat adanya potensi gerakan tanah bersifat rayapan dan sangat dikontrol dengan komposisi tanah lempung. Retakan bukan muncul baru-baru saja, melainkan sejak tahun lalu. Bahkan retakan tetap muncul kendati memasuki musim kemarau, walau retakan muncul progresif di kala musim hujan.
"Ancaman besar yang timbul adalah jatuhnya batuan sebesar sekitar lebih dari satu meter dari atas. Kami sudah berdiskusi dengan Kepala Dusun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tagana, kalau bisa batuan itu dihilangkan misalnya terlebih dahulu dipecah kecil-kecil agar tidak lagi menjadi ancaman," tuturnya.
Tim Peneliti juga menyoroti saluran drainase. Di bagian atas tidak terlihat drainase kecuali di bagian lereng. Diperkirakan sebelumnya ada drainase namun karena perawatan yang kurang, terjadi penumpukan dan akhirnya menyebabkan drainase hilang.
Sedangkan di bagian bawah sudah mulai ada pembangunan drainase di pinggir jalan dan tepian rumah. Drainase ini menjadi salah satu jalan agar air yang jatuh tidak menunjukkan gaya bebas.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Tuntas Klaim Kumpulkan 75.000 KTP untuk Maju Pilkada Sukoharjo Jalur Independen
- Indonesia Ukir Sejarah ke Semifinal Piala Asia U-23, Erick Thohir: Bangga!
- BI Rate Naik Jadi 6,25 Persen, BTN Masih Pertimbangkan Penyesuaian Bunga KPR
- Pilkada 2024 Makin Ramai, Kades Pentur Siap Maju jadi Calon Bupati Boyolali
Berita Pilihan
Advertisement
BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Korban Apartemen Malioboro City Bakal Bergabung dengan Ratusan Orang untuk Aksi Hari Buruh
- Warga Kulonprogo Ajukan Gugatan Disebut Nonpribumi Saat Balik Nama Sertifikat, Sidang Ditunda Lagi
- Biro PIWPP Setda DIY Gencarkan Kampanye Tolak Korupsi
- Anggota DPR RI Sebut Perlu Ada Honor untuk Pengambil Sampah Rumah Tangga di Jogja
- BPBD DIY Mewaspadai Lonjakan Pembuangan Sampah ke Sungai Imbas TPA Piyungan Ditutup
Advertisement
Advertisement