Advertisement

FEATURE: Deretan Jalur Tengkorak, Saksi Bisu Kecelakaan di Gunungkidul

Jalu Rahman Dewantara
Senin, 11 Juni 2018 - 12:25 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Deretan Jalur Tengkorak, Saksi Bisu Kecelakaan di Gunungkidul Jalan menuju tikungan Slumprit, yang terletak di Jalan Jogja-Wonosari km 17,4 Dusun Patuk, Desa Patuk, Kecamatan Patuk. - Harian Jogja/Jalu Rahman Dewantara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kepolisian Resor Gunungkidul menyebut tikungan Slumprit sebagai jalur tengkorak. Kelokan di Jalan Jogja-Wonosari Km 17,4, Dusun Patuk, Desa Patuk, Kecamatan Patuk, itu kerap menjadi saksi bisu kecelakaan memakan korban jiwa. Kontur jalan yang berkelok dan menanjak menjadi penyebabnya. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Jalu Rahman Dewantara.

Deru kendaraan bermotor dan klakson terdengar bersahutan di tikungan Slumprit, Jumat (8/6/2018) siang. Kepulan asap dari kuda besi hingga kendaraan “segede Gaban”, misalnya truk pengangkut barang kebutuhan pokok, menyelimuti aspal. Ada pengendara yang memacu kecepatan untuk jadi yang terdepan. Namun, tak sedikit yang memilih melambat, apalagi pengemudi kendaraan besar.

Advertisement

“Jika sudah sampai tanjakan [Slumprit] yang menikung, kami biasanya lebih milih ngalah. Soalnya taruhannya nyawa,” ucap seorang sopir truk kepada Harian Jogja.

Sopir itu Supardi. Laki-laki berkumis tipis yang hobi memakai topi ini mengemudikan truk saban hari lewat di tikungan Slumprit.

“Harus punya keahlian khusus lewat tanjakan ini. Keberanian saja tidak cukup.”

Keahlian yang menurut Supardi kudu dimiliki adalah memindahkan gigi pada momen yang pas. Jika truk membawa beban berat seperti material bangunan, teknik pengereman juga perlu diperhatikan. Banyak kendaraan terguling akibat sopir salah perhitungan, seperti truk pengangkut pasir, Kamis (7/6/2018) kemarin. Truk itu melorot karena tak kuat menanjak sebelum masuk jurang. Beruntung, sopir truk, Marno, warga Wonosari masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup.

Beberapa pekan sebelum truk yang disopiri Marno nahas, tikungan Slumprit memakan korban jiwa.

Peristiwa tragis itu menimpa Trisnawan, 42, Siti Widyati, 32, dan Muhamad Sang Aji, 2, pada Senin (21/5/2018). Keluarga kecil yang tinggal di Jl. Taman Siswa, Surokarsan, Kota Jogja ini menurut laporan Polisi hendak menuju Wonosari. Sayangnya, sebelum sampai tujuan, sepeda motor yang mereka tunggangi tabrakan dengan Hino Tractor Head nomor F 8728 HC yang dikemudikan oleh Bonasir, 45, warga Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.

Siti Widyati meninggal dunia sehari setelah kecelakaan. Suami dan anaknya mengalami luka parah dan harus dirawat di RSUP Dr. Sardjito, tempat Siti dirawat sebelum pergi untuk selama-lamanya.

Hutan Tleseh

Selain tikungan Slumprit, jalur lain yang juga berbahaya di Gunungkidul adalah di kawasan Hutan Tleseh, Desa Gading, Kecamatan Playen.

Mahardika Hutama, 21, merupakan salah satu penyintas dari ganasnya jalan kawasan Hutan Tleseh. Warga Dusun Ngalanggeran, Desa Patuk ini mengisahkan tatkala dirinya mengalami kecelakaan di jalan itu pada suatu siang di medio 2015.

Saat itu, kata Mahardika, kondisi jalan sudah lumayan bagus. Dia terperosok saat lewat Hutan Tleseh lantaran kurang konsentrasi.

“Memang di sana [kawasan Hutan Tleseh] jalan sudah bagus dan lebar, saya enggak tahu kenapa bisa kejadian [kecelakaan], mungkin karena kurang konsentrasi.”

Nasib Mahardika lebih beruntung dibanding korban kecelakaan lain di kawasan itu. Tiga sepeda motor yang terlibat kecelakaan hingga salah seorang korbannya mengalami patah tulang pada Rabu (4/4/2018). Selang satu hari, Kamis (5/4/2018), seorang pemuda bernama Deby Putranto, 24, tewas setelah motor yang dia tunggangi bertabrakan dengan sebuah mobil. Keseokan harinya, sebuah truk bermuatan air mineral terguling.

Rahmi, 23, Penjual walang goreng yang saban hari menjajakan dagangannya di pinggir jalan kawasan Hutan Tleseh ini mengaku beberapa kali melihat kecelakaan di jalan tersebut. Mulai dari kendaraan yang tergerlindir hingga saling seruduk.

“Ngeri,” ujar dia.

Berdasarkan hasil pemetaan Polisi Resor Gunungkidul, selain tikungan Slumprit dan kawasan Hutan Tleseh, terdapat beberapa jalur tengkorak lain. Jalur tersebut berada di sepanjang Jl Jogja-Wonosari mulai dari tikungan Slumprit hingga ruas jalan antara Gading-Siyono. Jalan yang meminta kehati-hatian pengendara meliputi ruas Patuk- Asem Ayu, Kalipentung, Pedotan sampai tikungan Trisakti; wilayah Putat sampai Sambipitu, Jl Watuondo; ruas jalan Bandung-sampai Logandeng; serta jalur Siyono- Ledoksari.

Kudu Hati-Hati

Kapolres Gunungkidul AKBP Ahmad Fuady meminta pemudik atau wisatawan yang lewat Gunungkidul ekstra hati-hati. Kontur jalan di Gunungkidul kurang ideal. Setelah tanjakan, tak sedikit jalan yang langsung menikung.

“Titik rawan kecelakaan menjadi satu perhatian pengamanan,” kata dia seusai Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Progo 2018 di alun-alun Wonosari, Rabu (6/6).

Menurut data Polres Gunungkidul, sejak Januari hingga Juni 2018, total 216 kecelakaan lalu lintas telah terjadi di kabupaten itu. Sebanyak 31 nyawa melayang di jalan dan kerugian mencapai Rp113,9 juta. Di samping kondisi jalan, perilaku pengendara juga punya andil dalam kecelakaan.

“Beberapa kecelakaan terjadi pada siang hari, kondisi jalan bagus dan penerangan sinar Matahari juga cukup, jadi ada faktor manusia yang berpengaruh,” ujar Kepala Unit Lakalantas Polres Gunungkidul Iptu Kusnan.

Dia menyebut pelanggaran rambu-rambu sebagai penyebab utama, seperti halnya kasus yang menewaskan Deby Putranto di Hutan Tleseh

“Mobil yang bertabrakan berusaha menyalip dari arah berlawanan, padahal di situ sudah ada garis lurus yang artinya tidak boleh mendahului kendaraan di depannya,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement