Advertisement

FEATURE: Ketika Sapi-Sapi Lereng Merapi Diganti dengan Jip

Fahmi Ahmad Burhan
Sabtu, 23 Juni 2018 - 10:25 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Ketika Sapi-Sapi Lereng Merapi Diganti dengan Jip Jip lava tour Merapi melintasi Kali Kuning, di Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (22/6). - Harian Jogja/Fahmi Ahmad Burhan

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Saat Merapi erupsi pada 2010, kebun dan ladang di kaki gunung luluh lantak. Mata pencaharian penduduk pun berubah. Satu tahun kemudian, warga yang semua bertani dan beternak banting setir untuk hidup dari bidang jasa. Mereka mengajak pelancong untuk menyusuri sisa-sisa dampak letusan. Lava tour, begitu wisata petualangan ini biasa disebut. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com Fahmi Ahmad Burhan.

Jebur... Sebuah jip yang ditumpangi lima orang menerjang arus sungai yang dangkal. Air menciprat, seketika membasahi penumpangnya. Mereka girang, tertawa lepas, seolah penat hidup hilang, dan meluncur di atas jip mengarungi Kali Kuning. Setelah putaran dijajal, jip melaju mencoba area lainnya, diikuti dua jip lainnya.

Advertisement

Di Base Camp Jeep Merapi Community (JMC) tempat Purwanto bernaung, berjejer jip yang terlihat garang dibandingkan dengan kendaraan lain. JMC punya 28 jip yang siap mengantarkan wisatawan berwisata mengarungi indahnya alam Merapi.

“02 siap, helm, sabuk, jip aman, berangkat,” ujar dia di balik kemudi jip berkode 02.

Jumat (22/6) kemarin, Purwanto akan mengantar rombongan pelancong yang ingin menikmati Merapi dengan cara yang lebih seru dan memompa adrenalin. Tak cuma mahir menyetir jip, Purwanto juga harus hafal seluk beluk Merapi dan setiap lokasi yang ia arungi agar penumpang yang ia bawa puas.

“Kadang kalau sial, dapat penumpang bule, cuaca tidak mendukung, Gunung Merapi tidak kelihatan, penumpang akan kecewa, kalau kunjungannya enggak nyampe satu jam biasanya dia minta kembalian,” kata Purwanto.

Lava tour sebenarnya banyak diminati turis mancanegara. Sayangnya, kemampuan pemandu untuk melayani orang-orang luar negeri yang berlibur di kaki Merapi belum memadai.

“Hanya sedikit yang mahir bahasa Inggris di sini.”

Bergantung dari Jip

Purwanto mulai menjadi sopir jip lava tour dari 2013. Jip Merapi mulai berkembang dari 2011, setahun setelah letusan yang mematikan itu. Awalnya, hanya dua komunitas yang mengoperasikan jip. Dalam tujuh tahun, jumlah operator berkembang menjadi 29 komunitas dan 800 jip.

Purwanto awalnya bercocok tanam dan memelihara sapi. Ia mulai menjajal dunia jip sejak banyak tetangganya bergabung menjadi anggota komunitas operator wisata lava tour.

“Saya sekarang masih bertani dan ternak sapi, tetapi pekerjaan utama di sini [jip lava tour]. Sebagian besar anggota komunitas malah tidak lagi bertani maupun berternak.”

Menurut Purwanto hasil dari memandu wisatawan naik jip lebih gede ketimbang berpeluh di ladang. “Kalau dari bertani sama ternak itu lama dapat penghasilannya, kalau ini kan sekali narik bisa dapat uang,” kata dia.

Dalan satu kali jalan, Purwanto dapat 20% dari ongkos yang dikutip kepada wisatawan. Tarif menjajal jip bervariasi, mulai dari Rp350.000 sampai Rp550.000 tergantung rute yang dilalui. Berbagai macam objek wisata yang dilewati jip meliputi Bunker Kaliadem, Kali Kuning Park, Petilasan Mbah Maridjan, sampai Batu Alien.

“Bisa dapat sampai Rp70.000 satu kali jalan untuk rute pendek dengan harga Rp350.000,” kata Purwanto.

Sebenarnya penghasilan yang dia raup tak tentu juga. Terkadang dalam satu hari tak satupun wisatawan ia antar. Namun, ketika ramai saat musim liburan, satu hari ia bisa tiga kali beroperasi dan uang yang dia kantongi bisa Rp250.000.

“Biaya retribusi ke objek wisata ditanggung komunitas, perawatan mobil juga, belum bensin, makanya terkadang komunitas tekor. Tetapi sekarang kami sudah anggap pekerjaan ini sebagai hobi, akhirnya jadi suka,” ungkap Purwanto.

Kecelakaan yang Merugikan

Purwanto dan banyak sopir jip lainnya sekarang waswas akan tergerusnya citra lava tour. Penyebabnya, jip yang membawa lima penumpang mengalami kecelakaan di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Selasa (19/6). Satu wisatawan meninggal dunia. Komunitas jip geger, juga Pemerintah Kabupaten Sleman. Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengimbau lava tour dihentikan sementara agar semua jip bisa diperiksa kelaikannya dan keselamatan penumpang terjamin.

“Jelas efeknya terasa, kunjungan pun akan turun karena wisatawan takut. Mereka lebih takut naik jip daripada dengan kondisi Merapi yang statusnya waspada, kejadian ini [kecelakaan] lebih berdampak terhadap kami,” kata Purwanto.

Namun, menghentikan operasi semua jip lava tour bakal memukul roda perekonomian di kaki Merapi. “Akan sangat sulit karena sudah banyak warga yang hidup dari jip.”

Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat Dardiri juga berpendapat demikian. Ada 4.000 orang yang menggantungkan hidup dari jip Merapi. Jip Merapi sudah dianggap sebagai barometer ekonomi warga.

Kecelakaan yang mencoreng citra lava tour jelas akan merugikan warga sehingga sekarang paguyuban bertekad untuk berbenah secara serius. Jip-jip akan diperiksa secara rutin, sebagaimana prosedur operasional standar yang disepakati semua komunitas. Operator yang melanggar kesepakatan bakan diberi hukuman.

“Hasil kesepakatan harus benar-benar dijalankan,” ucap Dardiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Cuaca di Sejumlah Kota Besar Hari Ini Berawan dan Hujan Ringan, Termasuk DIY

Cuaca di Sejumlah Kota Besar Hari Ini Berawan dan Hujan Ringan, Termasuk DIY

News
| Selasa, 07 Oktober 2025, 09:47 WIB

Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Wisata
| Minggu, 05 Oktober 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement