Advertisement

Heboh Nisan Salib di Makam TPU Purbayan Dipotong, Begini Penjelasan Gereja

Abdul Hamied Razak
Selasa, 18 Desember 2018 - 16:47 WIB
Nina Atmasari
Heboh Nisan Salib di Makam TPU Purbayan Dipotong, Begini Penjelasan Gereja Makam Albertus Slamet Sugihardi yang dipotong salibnya, di TPU Purbayan Kotagede. - Harian Jogja/Abdul Hamied Razak

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Kasus intoleransi kembali terjadi di wilayah Jogja. Salib di makam Albertus Slamet Sugihardi, 60, warga Purbayan Kotagede, dipotong oleh warga dengan alasan adanya kesepakatan warga kampung.

Kasus pemotongan salib di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tersebut terjadi pada Senin (17/12/2018) sekitar pukul 14.00 WIB. Banyak pihak menyayangkan peristiwa tersebut terjadi. Apalagi terjadi di kota Jogja yang diklaim sebagai kota kuat menjunjung toleransi beragama.

Advertisement

Peristiwa itu bermula ketika Slamet Sugihardi dinyatakan meninggal dunia. Sebelum meninggal, Slamet lebih dulu mendapat perawatan di RS PKU Muhammadiyah Jogja. Menurutnya, Slamet dirawat di PKU setelah keselek makanan sekitar pukul 08.00. Kematiannya dinilai mendadak.

“Nyawanya tidak tertolong. Kemudian dirembuk rencana pemakaman. Setelah ada kesepakatan dengan warga setempat, pak Slamet dimakamkan di makam kampung [TPU Jambon] yang tidak jauh dari kediamannya,” kata Albertus Sunarto Humas Gereja Santo Paulus Pringgolayan Banguntapan, Bantul, Selasa (18/12/2018).

Kebetulan, Slamet salah satu anggota jemaat gereja tersebut sehingga Narto juga ikut mengurus proses pemakaman. Dia juga berembuk dengan salah seorang sesepuh warga, Bejo Mulyono, agar Slamet bisa dimakamkan di TPU Jambon. Di TPU tersebut meski bukan TPU khusus Muslim tetapi digunakan oleh mayoritas muslimin.

“Awalnya tidak ada masalah. Karena itu makam kampung, siapa saja bisa dimakamkan di sana. Sampai akhirnya sekitar pukul 13.00, ada semacam reaksi dari warga kampung. Mereka tidak membolehkan Slamet di makamkan di tengah pemakaman tetapi di bagian pinggir. Oke, tidak ada masalah,” kata Narto.

Pusara yang awalnya berada di tengah, kemudian diganti ke pinggiran. Sebelum dikebumikan, ada permintaan lagi dari warga. Menurut Narto, keluarga tidak diperkenankan melakukan doa-doa sejak pemberangkatan jenazah hingga proses pemakaman di TPU selesai.

“Oke tidak masalah. Keluarga juga sepakati itu. Proses pemakaman berjalan, sampai akhirnya saya mendengar kalau saat salib ditancapkan ke pusara, ada warga yang memotong salib dengan cara digergaji,” katanya.

Salib yang dipotong tersebut tetap ditancapkan, termasuk bagian atasnya sudah terpotong. Praktis, hanya kayu berbentuk huruf “T” saja yang tertancap di pusara Slamet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Setelah Lima Hari, 2 Wisatawan yang Berenang di Zona Hahaya Pangandaran Ditemukan Tewas

News
| Rabu, 24 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement