Advertisement
Warga Blokir Jalan Masuk TPST Piyungan

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL-Ratuan warga sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan turun ke jalan, Senin (31/12/2018). Mereka memblokade pintu masuk TPST Piyungan sehingga tidak ada truk yang bisa masuk untuk membuang sampah.
Truk-truk pengangkut sampah diminta untuk kembali membawa sampah. Namun beberapa truk ada yang menurunkan sampah ke tukang rongsok di pinggir jalan menuju kawasan TPST Piyungan.
Advertisement
Pemblokiran dilakukan tepat di depan pintu masuk TPST Piyungan atau sebelum jembatan timbang. Warga memasang pohon palem di tengah jalan. Sejak aksi dimulai sekitar pukul 08.00 WIB, sampai pukul 13.30 WIB jalan masii diblokir. Warga juga masih berjaga-jaga di lokasi.
"Tidak tahu sampai kapan akan dibuka. Pokoknya sampai tuntutan warga dipenuhi," kata Ketua Paguyuban Pemulung TPST Piyungan, Maryono.
Maryono mengatakan ada tujuh tuntutan warga di antaranya sejak dua tahun terakhir tidak ada penyemprotan lalat di sekitar TPST Piyungan, jalan sekitar TPST becek dan berlubang sehinga minta diperbaiki. Selain itu warga meminta penerangan jalan serta pereriksaan kesehatan secara berkala.
Khusus untuk warga yang berdekatan langsung dengan TPST Piyungan meminta kompenasai. TPST Piyungan berlokasi di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan dan Desa Bawuran Pleret. Dari banyak dusun hanya lima RT yang berdekatan dengan TPST terebut, dengan jumlah masing-masing RT sekitar 45-50 kepala keluarga (KK).
Maryono yang sudah menjadi pemulung sejak awal operasionalnya TPST Piyungan mengatakan tidak ada kompensasi untuk warga. Menurut Maryono sejak warga berdomo pada 2015 lalu sampai sekarang pengelolaan TPST Piyungan belum ada perubahan. Malah semakin banyak persoalan. "Kalau TPST ini masih akan digunakan untuk membuang sampah mohon dikelola dengan baik," ujar Maryono.
Aksi yang diikuti lebih dari 100 warga ini berjalan aman dan lancar dengan pengawalan aparat kepolisian. Warga sempat ditemui oleh Sarjani selaku Kepala Seksi Pemrosesan Sampah, Balai Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan (Pisamp). Meski seksi ini yan bertanggung jawab langsung mengurui TPST Piyungan, namun warga tidak puas dan menginginkan ada tanggapan langsung dari Gubernur DIY atau Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM).
Dua pekan lalu Harianjogja.com, juga sudah mengangkat soal keluhan warga ini.
Saat itu Azis Sanyoto, 43, warga Ngablak, Sitimulyo Piyungan mengatakan setiap musim hujan jalan sekitar lokasi dipastikan becek dan bau sampah akan menyengat. Kondisi tersebut dapat menganggu warga seitar yang memanfaatkan jalan tersebut, "Kalau hujan air dari tumpukan sampah bisa masuk halaman rumah warga," kata dia.
Tidak hanya menimbulkan bau dan becek namun aktivitas anak-anak sekolah juga akan terganggu. Ia menceritakan saat musim hujan tahun lalu, anak-anak sekolah harus menutup sepatu dan kakinya dengan plastik sampai lutut saking beceknya jalan di samping TPST. Padahal jalan itu sepanjang hari dilalui truk-truk sampah.
Azis mengatakan selama ini warga sudah merelakan lingkungan sekitarnya dijadikan TPST Piyungan. Namun ia meminta pemerintah juga harus memperhatikan kondisi kesehatan warga dan akses aktifitas sehari-hari.
Pelaksana Tugas Kepala DPUP-ESDM DIY, Muhammad Mansyur saat dimintai tanggapannya tidak banyak berkomentar, "Kami lakukan diskusi untuk mendapatkan solusi yang terbaik," kata Mansyur.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Ari Budi Nugroho mengatakan TPST Piyungan menjadi kewenangan Pemda DIY. Terkait pemblokiran pintu masuk TPST Piyungan ia menyayangkan karena tidak bisa membuang sampah. Pihaknya baru mendata berapa truk yang akhirnya kembali lagi atau tidak bisa menurunkan sampah.
Sebelumnya, Sarjani kepada media ini mengatakan kondisi TPST Piyungan persoalannya adalah sudah over kapasitas. Luas lahan yang ada sudah tidak mampu menampung sampah dari Bantul, Sleman dan Kota Jogja. Ia berkilah persoalan itu terjadi setelah dikelola Pemda DIY melalui Balai Pisam.
"Sejak 2012 lalu itu sudah overload," kata dia.
Selain kelebihan kapasitas, alat berat di TPST Piyungan juga rusak. Saat ini yang beroperasi hanya dua dari total tujuh alat berat. Dari dua alat berat pun, satu di antaranya sering masuk bengkel. Dua alat berat itu dipaksa mendorong sampah dengan volume sampah yang mencapai 600 ton dalam sehari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement