Advertisement

KEKERINGAN DI GUNUNGKIDUL : Air Mulai Sulit Dicari

Jum'at, 12 April 2013 - 01:30 WIB
Maya Herawati
KEKERINGAN DI GUNUNGKIDUL : Air Mulai Sulit Dicari

Advertisement

[caption id="attachment_396015" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/?attachment_id=396015" rel="attachment wp-att-396015">http://images.harianjogja.com/2013/04/kekeringan-ilustrasi-ujang-hasanudin-370x262.jpg" alt="" width="370" height="262" /> Foto Kekeringan di Gunungkidul
JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin[/caption]

GUNUNGKIDUL—Meski musim kemarau diprediksi pada Mei mendatang namun sebagian wilayah Wonosari sudah kekeringan. Seperti di Dusun Kamal, Desa Wulung, Kecamatan Wonosari diakui warga setempat sejak tiga minggu terakhir sudah tidak turun hujan.

Advertisement

Wasdal, 48, salah satu warga Kamal RT 10 RW 01 menyatakan, akibat kekeringan yang melanda dusunnya, dia terpaksa membeli air tangki dari Desa Mulo yang harga per tangkinya Rp70 ribu. Dia mengaku keberatan namun karena kebutuhan konsumsi sehari-hari seperti minum dan masak sehingga terpaksa membelinya.

Wasdal membutuhkan 2-3 tangki per bulannya untuk kebutunan keluarganya serta minum ternak sapinya. Meski buruh tidak tetap yang gajinya pas-pasan namun dia tidak punya pilihan untuk tidak membeli air. "Ya mau bagamana lagi hujan sudah 3 minggu ini tidak turun" katanya.

Sutini, 60 warga lainnya juga mengakui kekeringan sudah membuatnya kerepotan karena harus membeli air. Meski demikian dia sudah membiasakan diri karena setiap kali musim kemarau wilayahnya selalu dilanda kekeringan. "Tapi selain kami beli air tangki biasanya ada bantuan gratis dari pemerintah" katanya.

Biasanya Sutini menghabiskan 20-25 tangki setiap kali musim kemarau untuk kebutuhan minum dan masak. Sementara untuk mandi Mandi dan cuci pakaian warga biasa di sungai yang jauhnya sekitar 1,5 kilometer dari pemukiman. "Sungainya deket perbatasan Kecamatan Paliyan" ujar Sutini.

Sutini juga mengaku bingung wilayah yang masuk Wonosari sebagai ibukota kabupaten masuh kekurangan air bersih. "Pusat kota saja kering, bagaimana di pelosok!" tegasnya
Camat Wonosari Iswandoyo saat dikonfirmasi mengaku Dusun Kamal merupakan wilayah kekeringan bila musim kemarau.
Namun belum ada intruksi dari Pemerintah Kabupaten untuk melakukan droping air. Selain itu Iswandoyo juga belum mendapat laporan dari pemerintah desa Kamal langsung. "Pemdes belum mengajukan [droping air bersih] pada camat" katanya.

Kabid Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Gunungkidul Suyatmiyatun mengatakan, untuk droping air pihaknya hanya back up di 8 kecamatan yang sering dilanda di Gunungkidul yaitu. Kecamatan Tepus, Tanjungsari, Saptosari, Panggang, Rongkop, Gedangsari dan sebagian Patuk. Sementara Wonosari tidak termasuk dalam daftar untuk didroping air bersih. "Dusun Kamal kewenangan kecamatan dan desa," katanya.

Di kecamatan lainnya pun, kata Suyatmiyatun, tidak seluruh penduduknya kekeringan melainkan beberapa desa. Jika terjadi kekeringan yang memiliki tanggungjawab penuh adalah kecamatan. "Kami back up saja" ucapnya.

Sebelumnya, Kasi Data dan Informasi BMKG DIY Tony Agus mengatakan, musim kemarau baru akan terjasi masuk bulan Mei mendatang, dimana saat itu curah hujan kurang dari 50 mm.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Alihkan Dana Pendidikan dan BLT untuk Danai Makan Siang Gratis, Prabowo Dikritik

News
| Sabtu, 02 Desember 2023, 01:07 WIB

Advertisement

alt

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya

Wisata
| Jum'at, 01 Desember 2023, 19:12 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement