Advertisement
Pengarang Kamus Al-Munawwir Meninggal : Dikenal Dekat Dengan Semua Kalangan

Advertisement
http://www.harianjogja.com/baca/2013/04/18/pengarang-kamus-al-munawwir-meninggal-dikenal-dekat-dengan-semua-kalangan-398133/al-munawir-2" rel="attachment wp-att-398134">http://images.harianjogja.com/2013/04/Al-Munawir1.jpg" alt="" width="183" height="275" />
JOGJA-Pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, Jogja, KH Ahmad Warson Munawwir meninggal dunia pada Kamis (18/4/2013) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Pengarang Kamus Almunawwir (Arab-Indonesia) ini meninggal pada usia 80 tahun. Selain humoris, Almarhumah juga dikenal kesederhanaannya oleh para santri dan pengurus.
Advertisement
Dwi Kristina, Pengurus Harian Komplek Q Pondok Pesantren Putri Krapyak mengatakan mbah Warson sangat dekat dengan semua kalangan. Tidak hanya para santrinya, orang-orang yang bukan santri langsung pun tetap diayomi mbah Warson.
“Sebelum jatuh dulu, mbah Warson menguasai sembilan bahasa termasuk bahasa Arab. Beliau itu orangnya netral, semua kalangan masuk dan tidak dibeda-bedakan. Jiwa sosialnya tinggi, dan sangat sederhana,” jelas Dwi.
Kesederhanaan mbah Warson, lanjutnya, tidak hanya tampak dari pakaian yang dikenakan tetapi juga makanan yang dikonsumsi. Bakwan saja disukai mbah Warson.
Semasa hidup, mbah Warson sempat menjadi pengasuh generasi Hybrid NU. Ia memadukan pendidikan umum dan pesantren. Dia juga sempat menjadi Ketua Dewan Syuro DP PKB DIY dan membidani kelahiran Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).
Salah satu karya besar mbah Warson, katanya adalah Kamus Almunawwir (Arab-Indonesia). Saking tersohornya, kamus tersebut tidak hanya menjadi 'kamus wajib' kalangan pesantren di Indonesia bahkan mancanegara.
“Kamus itu juga diakui oleh Universitas Kairo Mesir. Pak kyai selalu berpesan agar santri-santrinya selalu belajar dan belajar. Selain itu, mbah Warson dikenal humoris. Meski sudah sepuh, pak Kyai bilang pakaian yang dikenakannya trendi,” kata Dwi.
Sekretaris Pengurus Wilayah NU DIY, Mukhtar Salim menilai, jasa-jasa mbah Warson sangat besar bagi warga DIY, khususnya warga NU. Dia mengatakan, banyak santri-santri mbah Warson yang sudah berkiprah dan memberikan manfaat kepada bangsa dan negara.
“Kami dan warga NU DIY sangat kehilangan. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Allah,” tuturnya singkat
Mbah Warson meninggalkan istri Nyai Hj. Khusnul Khotimah, Muhammad Fairus (anak pertama) dan Qurry'Aina (anak kedua). Ia dimakamkan di Pemakaman Umum Dongkelan, Bantul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Cerita Bupati Blora, 7 Tahun Perjuangkan Pembangunan Jalan Randublatung-Getas
- Jelang Natal dan Tahun Baru, Dishub Jateng Cek Ratusan Bus, Berikut Hasilnya
- Korban Longsor Kismantoro Wonogiri Belum Ditemukan, Ratusan Orang Ikut Mencari
- Gunung Marapi Sumbar Erupsi Lagi Rabu Pagi, Tim SAR Masih Cari 1 Korban
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD 2024, Belanja Negara di DIY 2024 Naik 12,08 Persen
- Soal Video Ade Armando Senggol Keistimewaan DIY, GKR Hemas: Pasti Itu Pesanan, Tapi Yo Gak Popo
- Dishub Jogja Petakan Titik Parkir Liar Jelang Libur Akhir Tahun, Ini Salah Satunya
- Desentralisasi Pengelolaan Sampah, ORI DIY: Penutupan TPA Piyungan Tidak Sesuai Perda
- Pasar Murah di Alkid, Cabai Rp5 Ribu per Ons Habis Diserbu Warga
Advertisement
Advertisement