Advertisement
Awas, Makanan Berpengawet Sebabkan Tulang Anak Keropos

Advertisement
[caption id="attachment_447944" align="alignleft" width="448"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/16/awas-makanan-berpengawet-sebabkan-tulang-anak-keropos-447943/jajanan-sekolah-ilustrasi-antara-3" rel="attachment wp-att-447944">http://images.harianjogja.com/2013/09/jajanan-SEKOLAH-ILUSTRASI-antara1.jpg" alt="" width="448" height="266" /> Ilustrasi jajanan anak sekolah (JIBI/Harian Jogja/Antara)[/caption]
Harianjogja.com, JOGJA—Jajanan yang mengandung pengawet, perasa dan pewarna (3P) dapat mengakibatkan tulang anak menjadi keropos.
Advertisement
Tingkat kepadatan tulang anak di era sebelum 2000 berbeda dengan anak zaman sekarang. Menurut dokter Rumah Sakit Panti Rapih Lukas Asdi Yudiono, tulang anak di era ini rentan mengalami pengeroposan tulang.
Gaya hidup tidak sehat seperti tingkat stres tinggi, kebiasaan yang salah dan makanan yang banyak mengandung 3P disebutnya sebagai penyebab terbanyak.
“Pola makanan memiliki pengaruh besar. Karena anak-anak suka citarasa tinggi, penjual yang tidak bertanggung jawab tetapi ingin untung besar menambahkan zat tertentu pada makanan,” ujarnya saat ditemui di RS Panti Rapih pekan lalu.
Sebagai contoh, kata dia, penjual sengaja menambahkan borax pada jajanan seperti siomay agar lebih kenyal dan awet. Sementara, untuk menarik visual anak, pewarna pakaian yang berwarna mencolok atau unik juga ditambahkan.
Perasa makanan yang tidak standar, seperti perasa buah strawberry, anggur dan yang lain juga dibumbukan pada makanan.
Aneka zat berbahaya yang dikonsumsi secara berkala ini dapat berakumulasi dan mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Awalnya, kata dia, anak mengeluhkan rasa perih di perut yang berujung pada sakit maag.
Tanpa penanganan tepat dan kebiasaan yang tidak berubah, keluhan ini berujung pada gangguan pengeroposan tulang, pusing atau gangguan saraf otak hingga kemampuan daya konsetrasi yang berkurang.
“Selain isu 3P tadi, sekarang anak-anak itu kurang terpapar sinar matahari pagi,” imbuhnya.
Adapun seperti yang dipelajari selama ini, paparan sinar matahari pagi memiliki andil dalam membentuk tingkat kesehatan tulang anak.
Asdi menilai hal ini tidak terlepas dari tuntutan pendidikan anak yang semakin berat. Sebab anak zaman sekarang diwajibkan bangun pagi dan memulai aktivitas sekolah pada pukul 06.00 WIB. Agar dapat mencetak prestasi, anak juga dibebani aneka les dan baru sampai rumah setelah petang hari.
Kecanggihan teknologi, disebut dia juga memiliki peranan penting. Pasalnya teknologi yang semula diciptakan untuk membantu ini justru mengakibatkan manusia menjadi malas.
“Sekarang ada remote control, lift dan yang lain. Orang termasuk anak jadi malas bekerja, bekerja atau berolahraga yang mempengaruhi tingkat kesehatan,”tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Sidang Kasus Perundungan Dokter Aulia Risma, Dekan FK Undip Tak Ada Iuran di PPDS
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Prestasi ORI DIY, Selesaikan 177 Laporan Selama Semester I 2025, Paling Banyak Soal Isu Pendidikan
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Naik dari Stasiun Tugu Turun di Palur, Rabu (9/7/2025)
Advertisement
Advertisement