Advertisement
Ibu-ibu Curhat pada GKR Hemas

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Sosialisasi empat pilar kebangsaan oleh Wakil Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Selasa (18/2/2014), diwarnai keluh kesah dari ibu-ibu yang hadir dalam kesempatan itu.
Usai pemaparan empat pilar kebangsaan, GKR Hemas langsung diberondong keluhan warga. “Kok tidak ada yang menanyakan soal pilar kebangsaan, ya,” ucap Hemas dengan senyum mengembang.
Advertisement
Hemas menanggapi setiap keluhan warga tersebut karena bagi Ratu Kraton Ngayogyokarta Hadiningrat ini, keluhan warga adalah fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat.
Keluhan pertama disampaikan oleh Riyanti. Ketua Kelompok Usaha Srikandi Guyub Mandiri, Dusun Gunung Krambil, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong ini mengeluh sulit mendapat modal usaha untuk kelompok yang sudah dirintis sejak tiga tahun lalu bersama 17 warga lainnya.
Selain kesulitan modal, Riyanti mengeluh kesulitan memasarkan produk usaha kelompoknya. “Kami kebingungan mencari modal usaha dan pemasaran produk,” kata Riyanti. Bahkan beberapa warga harus meminjam modal kepada bank keliling.
“Perlu dikuatkan lagi koperasi,” jawab Hemas.
Kasus bank keliling, kata Hemas tidak hanya terjadi di wilayah Gunungkidul, namun juga terjadi di sejumlah daerah termasuk Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul. Perempuan harus banyak mengelola koperasi untuk menyelamatkan pedagang.
Keluhan juga diungkapkan salah satu guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Karsini. Dia mengeluh banyak siswa berkebutuhan khusus (ABK) tidak tertampung di sekolahan karena sekolah inklusi yang sudah dibentuk di Gunungkidul belum didukung dengan fasilitas.
Selain itu sampai saat ini, kata Karsini, belum ada guru pendidik anak usia dini yang mampu mendidik ABK. “Sekolah inklusi sudah dibentuk tapi tidak ada fasilitas bagaimana?” kata Karsini.
“Anggaran pendidikan yang diamanatkan undang-undang sebesar 20 persen belum terpenuhi pemerintah. Ini memprihatinkan,” jawab Hemas. Hemas menambahkan, gaji guru PAUD sangat penting.
Keluhan ketiga disampaikan Ana, warga Kecamatan Semin. Dia mengungkapkan, belum banyak bantuan alat kesenian di wilayahnya padahal DIY berstatus istimewa. “Kami minta bantuan alat kesenian,” pinta dia.
Hemas pun berjanji akan mendesak pemerintah agar banyak memberikan perhatian pada kelompok-kelompok seni. “Kelompok seni budaya perlu dilestarikan karena itu merupakan jati diri bangsa Indonesia,” jawab Hemas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polisi Hanya Jerat Pasal Penculikan Terkait Kematian Kacab Bank di Jakarta
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Selasa 16 September 2025
- Cegah Cyberbullying, Pelajar DIY Dibekali Literasi Digital Komunikasi Hati
- Jadwal SIM Keliling Bantul Selasa 16 September 2025
- Jadwal DAMRI Selasa 16 September 2025: Bandara YIA ke Jogja
- Warga Binaan Lapas Perempuan Wonosari Diedukasi Kesehatan Reproduksi
Advertisement
Advertisement