Advertisement
Ini Si Cantik Helena di Gunungkidul Yang Perlu Dilindungi

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Keberadaan sebuah individu bisa mempengaruhi individu lainnya. Bahkan kepunahan sebuah individu, bisa memicuk kepunahan sekunder individu lain. Seperti keberadaan si cantik Troides Helena (Linnaeus 1578) bagi lingkungannya.
Kawasan karst tersebar di seluruh dunia. Salah satunya pegunungan sewu yang juga membentang di Gunungkidu dan dilindungi. Sebab, kawasan karst merupakan habitat berbagai tumbuhan dan hewan yang terancam kelestariannya, mengandung mineral-mineral langka atau formasi yang unik. Kawasan karst juga merupakan jendela untuk memahami sistem hidrologi setempat. Keunikan karst Gunungkidul juga menjadi berkembangnya Kupu-kupu Raja Troides Helena. Hewan dengan sayap yang memadukan warna hitam dan kuning ini bersembunyi di wilayah Gunungkidul.
Advertisement
Tim Leader Penelitian Status Konservasi Kupu-Kupu Raja Troides Helena di Karst Gunungsewu, Gunungkidul dari Yayasan Kanopi Indonesia Agus Wijayanto yang merupakan team leader. mengungkapkan kupu-kupu ini merupakan satwa dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 7/1999 yang tercantum dalam Appendix II CITES, status IUCN Red List Data Deficient (pada 2008).
“Ketika lingkungan berubah, dikhawatirkan beberapa jenis flora dan fauna tidak dapat beradaptasi menyebabkan beberapa spesies punah, termasuk kupu-kupu ini dan tanaman inangnya, Aristolochia sp [sirih hutan],” ungkap dia usai seminar di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Gunungkidul, Wonosari, Selasa (24/6/2014).
Gunungkidul dipilih sebagai daerah penelitian lantaran memiliki keunikan yakni persebaran Troides Helena yang merata. Daerah lain seperti Kulonprogo, Troides Helena hanya bisa ditemukan di Kiskendo, Menoreh sedangkan di Merapi hanya bisa ditemukan di Turgo dan Plawangan. Dari 12 kecamatan yang digunakan sebagai tempat penelitian, kupu-kupu yang hanya memakan sirih hutan ini ditemukan di tujuh tempat. Penelitian dilakukan pada April-Juni 2014.
Tim peneliti menemukan 25 ekor Troides Helena di Nglanggeran, Patuk dan masing-masing satu ekor di Alas Tepus; BUnder, Playen; Sundel; Girisubo; Petoyan, Panggang; Sawahan,Ponjong dan Kemadang, Tanjungsari. Di Nglanggeran tim menemukan 22 Arsitolochia sp atau sirih hutan sedangkan di enam kecamatan lainnya belum ditemukan.
Peneliti lain yang menjadi pembicara Arif Nurmawan menekankan keberadaan kupu-kupu sangat penting. Kupu-kupu merupakan hewan pollinator atau hewan yang membantu penyerbukan.
Troides Helena juga berguna sebagai indikator lingkungan. Ketika kupu-kupu ini punah bisa dikatakan lingkungan tempat tinggalnya sudah rusak karena sudah tidak ada ketersediaan pangan dan terjadi kerusakaan hutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Per 1 Desember 2023, Akses Penumpang KA Bandara YIA di Stasiun Tugu Pindah ke Sisi Barat
- 883 Ribu Kendaraan Diperkirakan Masuk Jogja di Libur Nataru, Ini Langkah Dishub DIY
- Modus Korupsi Kasir BUKP di Bantul: Tak Setorkan Angsuran Nasabah hingga Membuat Bank dalam Bank
- Berharap Wisata Jogja di Akhir Tahun Tak Terdampak Hirup Pikuk Kampanye
- Simak Daftar Caleg DPRD DIY 1 untuk Pemilu 2024
Advertisement
Advertisement