Advertisement

Astana Girigondo, Istana Terakhir Para Raja Paku Alam

Rima Sekarani
Sabtu, 28 November 2015 - 23:20 WIB
Nina Atmasari
Astana Girigondo, Istana Terakhir Para Raja Paku Alam Puluhan keluarga dan kerabat beserta sejumlah masyarakat umum berziarah ke makam Kanjeng Gusti Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX di Astana Girigondo, Desa Kaligintung, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Jumat (27/11/2015). (Harian Jogja - Rima Sekarani I.N.)

Advertisement

Astana Girigondo di Kulonprogo menjadi istana terakhir para Raja Paku Alam

Harianjogja.com, KULONPROGO- Astana Girigondo merupakan tempat peristirahatan terakhir para raja Paku Alam beserta keluarga dan kerabat. Akhir pekan lalu, Minggu (22/11/2015), jenazah Kanjeng Gusti Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX juga dibaringkan di sana untuk selamanya.

Advertisement

Astana Girigondo terletak di Dusun Girigondo, Desa Kaligintung, Kecamatan Temon Kulonprogo. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari Kota Wates.

Kompleks pemakaman itu pertama kali digunakan untuk menguburkan jenazah KGPAA Paku Alam V pada 1900 lalu. Saat itu, pemakaman Hastorenggo di Kotagede, Jogja, sudah penuh.

Kompleks pemakaman utama di puncak bukit telah penuh untuk memakamkan Paku Alam V hingga VIII beserta istri dan kerabat. Kompleks baru kemudian dibangun di tengah bukit setelah permaisuri KGPAA Paku Alam IX,  Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Paku Alam IX mangkat pada 2011 lalu. KGPAA Paku Alam IX sendiri dimakamkan berdampingan dengan permaisurinya itu.

Astana Girigondo juga memiliki ratusan anak tangga yang jumlahnya seakan tidak pernah sama ketika dihitung. Biasanya sekitar 150 hingga 170 anak tangga. Namun, hal itu lah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan dan peziarah.

Astana Girigondo dilengkapi dengan sebuah masjid yang terletak di sebelum pintu gerbang pemakaman. Selain menjadi tempat beribadah dan belajar memperdalam agama Islam, masjid tersebut juga dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang mempererat jalinan silaturahmi masyarakat sekitar.

Juru kunci Astana Girigondo, Mas Lurah Rokhanudin mengatakan, Girigondo berasal dari kata ‘giri’ yang berarti gunung dan ‘gondo’ yang berarti harum baunya. “Girigondo adalah makam yang harum untuk orang bersahaja,” ujar dia, Jumat (27/11/2015).

Salah satu peziarah, Subagyo mengaku baru sekali berziarah ke Astana Girigondo. Dia lalu datang untuk mendoakan para leluhur. “Kebetulan setelah saya cermati silsilah dari simbah-simbah, saya ada sangkut pautnya dengan kerabat keraton juga. Saya lalu ingin sowan ke dengan para Paku Alam di sini,” ucap Subagyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menbud Fadli Zon: Candi Borobudur Simbol Toleransi Umat Beragama

News
| Selasa, 13 Mei 2025, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Penutupan Wisata Taman Nasional Manusela Diperpanjang

Wisata
| Minggu, 11 Mei 2025, 11:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement