Advertisement

KISAH INSPIRATIF : Berjualan Akik Selama 37 Tahun, Dari Kecurian hingga Sepi Pembeli

Bernadheta Dian Saraswati
Rabu, 25 Mei 2016 - 09:55 WIB
Mediani Dyah Natalia
KISAH INSPIRATIF : Berjualan Akik Selama 37 Tahun, Dari Kecurian hingga Sepi Pembeli

Advertisement

Kisah inspiratif dari penjual pertama akik di Jalan Senopati Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA -- Di sepanjang Jalan Senopati Jogja, ada puluhan pedagang yang membuka lapaknya setiap hari. Ada di antara mereka yang menjual pigura dan ada pula yang menjual batu akik lengkap dengan embannya.

Advertisement

Salah satu pedagang akik bernama Mas Turah sudah menjalani profesinya selama 37 tahun. Ia bisa dikatakan pengusaha akik yang membuka lapak di Jalan Senopati pertama kali. Tiga tahun terakhir ini ia selalu ditemani istrinya, Sundari.

Mas Turah menjual beragam jenis akik yang didatangkan dari berbagai daerah seperti Lampung, Jakarta, dan Kalimantan. Berbagai jenis akik mulai dari bacan hingga akik permata ini dijual mulai dari Rp50.000 hingga jutaan rupiah.

Booming akik yang terjadi beberapa waktu  lalu membuatnya kebanjiran order. Tidak hanya kalangan orang tua, kaum remaja pun ikut berdesak-desakan untuk memilih akik yang menarik dipandang mata.
Wisatawan yang parkir di lokasi parkir Senopati banyak yang mampir di lapaknya untuk berbelanja akik atau hanya sekedar melihat-lihat.

“Waktu lagi booming kemarin sehari sampai kehilangan lima akik lebih. Pada dicuri. Pura-puranya beli tapi sambil ngantongi,” kata Sundari, Selasa (24/5/2016). Banyak orang yang mengerumuni lapaknya sehingga tindak pencurian itu terjadi di luar kontrolnya.

Tidak hanya batu akik dan cincin akik yang dicuri, embannya pun turut menjadi sasaran para konsumen yang tidak bertanggung jawab.

“Kalau yang ini [cincin akik] kelihatan bolong karena barang yang dipajang enggak ada. Kalau embannya, udah nggak kehitung lagi,” kata dia.

Hal tersebut tak membuatnya putus asa. Sundari dan Mas Turah masih setia berjualan dari pagi hingga sore hari. Usahanya itu lah yang telah menghidupi ia dan ketiga anaknya hingga masing-masing mampu menyelesaikan kuliah S-1.

Keduanya merupakan pendatang asal Madura. Mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan di sebelah timur Kraton jogja. Sebulan, mereka harus membayar uang sewa sebesar Rp2 juta. Menurut Mas Turah, besaran uang sewa tersebut dinilai cukup berat karena sejak booming akik, penjualan akik semakin sepi.

“Dulu sebelum booming, setiap hari malah ada orang yang datang beli. Lima biji, 10 biji, sampai 20 biji ada. Sekarang satu biji ada sudah bagus,” tutur Mas Turah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik LHKPN 2 Pejabat Pemilik Kripto Miliaran Rupiah

News
| Rabu, 24 April 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement