Advertisement
KELANGKAAN ELPIJI : Warga Miskin Beralih Pakai Kayu Bakar
Advertisement
Kelangkaan elpiji terjadi di Sleman
Harianjogja.com, SLEMAN-Sulitnya mendapatkan elpiji 3kg semakin dirasakan warga di DIY, terutama kalangan warga kurang mampu. Akibat kelangkaan yang dirasakan beberapa pekan terakhir, beberapa di antara mereka ada yang beralih sementara menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Advertisement
Kondisi ini dialami keluarga Dirjo Martoyo, warga Pondoksuruh, Bimomartani, Ngemplak, Sleman. Dalam sepekan ini, ia kesulitan mendapatkan elpiji 3kg.
Sekali menemukan elpiji yang juga dikenal dengan gas melon ini, ia harus membayar Rp24.000 per tabung, padahal harga di tingkat pengecer biasanya dijual hanya Rp17.000-Rp18.000 per tabung.
Lansia 78 tahun ini sampai menyuruh cucunya, Pipit, untuk mencari pangkalan atau toko kelontong elpiji ke daerah lain. Meski sudah menempuh perjalanan jauh, cucunya tak kunjung mendapatkan gas melon tersebut.
Sebenarnya, di beberapa tempat banyak menyediakan elpiji ukuran 5,5 kg atau 12 kg tetapi karena keterbatasan biaya, ia tidak membelinya dan memilih menggunakan kayu bakar.
“Mahal kalau yang besar [elpiji 5,5 kg dan 12 kg],” kata Dirjo, salah satu warga kurang mampu ini pada Harianjogja.com, Selasa (11/10/2016).
Cucunya, Pipit menambahkan, selain sulitnya mendapatkan elpiji 3kg, saat ini pembelian juga dibatasi. Biasanya dalam sekali jalan ia bisa membeli dua tabung gas, tetapi kini hanya mendapat satu tabung. Ia pun mengakalinya dengan menyuruh sang suami untuk ikut mengantre agar mendapat dua tabung gas.
“Sudah langka, mahal pula. Saya kena Rp24.000. Kapan itu juga ditawari di daerah UNY Rp35.000 [per tabung],” tuturnya.
Melihat kondisi seperti ini, Pipit merasa prihatin karena gas melon justru banyak digunakan kalangan masyarakat mampu meski sebenarnya pada tabung sudah tertulis Hanya untuk Masyarakat Miskin.
“Kan haruse yang buat kalangan menengah ke atas itu pakai yang besar [elpiji 5,5 kg dan 12kg]. Sekarang aja rumah makan pakai gas melon. Ya jelas kami [warga kurang mampu] nggak dapat jatah,” tuturnya kesal.
Seharusnya, lanjutnya, pemerintah serius mengedepankan warga kurang mampu. Jangan sampai untuk kepentingan mencukupi kebutuhan harian saja, warga miskin semakin dipersulit. Menurutnya, saat ini gas melon menjadi kebutuhan pokok untuk memasak. “Kalau irit ya irit pakai kayu. Kalau penak ya penak pakai gas,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BKK DANAIS 2024: Rp29,4 Miliar Digulirkan untuk Padat Karya 160 Kalurahan di DIY
- Peringatan OTDA Jadi Momentum Mengarah ke Ekonomi Hijau Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat
- Cara Membeli Tiket KA Bandara Jogja via Online
- Jadwal Lengkap KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 26 April 2024
- Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo, Jumat 26 April 2024
Advertisement
Advertisement