Advertisement
KISAH INSPIRATIF : Mbok Temu, Mantan Mucikari yang Kini Jadi Penjual Angkringan

Advertisement
Kisah inspiratif datang dari seorang mantan mucikari di Jogja
Harianjogja.com, JOGJA-Terik matahari cukup menyengat diatas langit Kota Jogja, Senin (7/11/2016). Mbok Temu-demikian biasa disapa tak menghiraukan hawa panas itu. Wajahnya yang dihiasi make up tipis terhapus dengan peluh yang keluar dari lubang kecil pori-porinya dibawah tenda angkringan yang ditutupi terpal.
Advertisement
Sambil berbincang santai, perempuan berusia 56 tahun tetap fokus membuatkan es teh dan minuman lainnya untuk beberapa pengunjung yang singgah silih berganti di warungnya. Ia tidak sendirian, melainkan ditemani seorang perempuan yang juga paruh baya membantu membungkuskan nasi kucing menjadi bungkusan kecil dengan oseng-oseng tempe dan kacang.
Mbok Temu belum lama membuka usaha angkringan di pinggir Jalan Rongroad Selatan, pojok Terminal Giwangan. Tepatnya baru sekitar lima bulan lalu. Pendapatan hariannya pun masih belum stabil. Kalau beruntung ia bisa mengumpulkan Rp170 ribu dari pagi sampai malam hari.
"Mungkin ini bagian dari cobaan bagi saya yang ingin berusaha menjadi orang yang lebih baik," ucapnya sambil tersenyum.
Bersambung halaman 2
Padahal tahun-tahun sebelumnya untuk mendapatkan uang Rp1-2 juta cukup mudah, dalam hitungan kurang dari delapan jam dalam semalam dari bisnisnya menyewakan kamar di wilayah Sanggrahan. Selain itu ia juga memiliki 12 anak asuh pemuas nafsu para lelaki yang doyan 'jajan'.
Padahal tahun-tahun sebelumnya untuk mendapatkan uang Rp1-2 juta cukup mudah, dalam hitungan kurang dari delapan jam dalam semalam dari bisnisnya menyewakan kamar di wilayah Sanggrahan. Selain itu ia juga memiliki 12 anak asuh pemuas nafsu para lelaki yang doyan 'jajan'.
Mbok Temu merupakan salah satu muncikari di Sanggrahan Giwangan. Pekerjaan itu sudah lama ia geluti bahkan dari mulai usianya menapak kepala dua. Saking lamanya bergelut di dunia prostitusi, dia dipercaya sebagai pengayom banyak PSK.
Ia juga menjadi penyemangat PSK untuk tertib melakukan pemeriksaan kesehatan agar terhindar dari penyakit kelamin bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat peduli HIV/Aids.
Ia juga menjadi fasilitator dengan intansi pemerintah. Sudah banyak calon PSK yang usianya kepala dua yang berhasil mengikuti pelatihan keterampilan di Dinas Sosial sehingga tidak sampai terjerumus. "Kalau ada yang datang ke saya dulu umurnya masih 20-23 saya arahkan ke Dinas Sosial untuk sekolah," katanya. "Makanya anak asuh saya usianya rata-rata sudah kepala tiga."
Namun itu cerita lama. Sejak Juni lalu, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Meski berat, namun harus dia lakukan. Ia tidak ingin anak cucunya mengikuti jejaknya.
Dorongan untuk berhenti dari pekerjaannya juga datang dari masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Ia mendapat bantuan modal dari hasil urunan masyarakat. Bahkan utang-utangnya kepada rentenir juga sudah lunas berkat bantuan masyarkat melalui lembaga pemberdayaan masyarakat Mrican dan Sanggrahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pemadaman Listrik Massal di Spanyol dan Portugal, Lalu Lintas Kacau hingga Warga Terjebak di Lif
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Dinilai Lebih Menguntungkan, Warga Purwosari Gunungkidul Getol Menanam Bawang Merah
- 10 Tersangka Kasus Narkoba Ditangkap, Dari Kurir Paket Hingga Karyawan BPR
- Pembeli Tanah Pertanyakan Langkah Anak Mbah Tupon Melaporkan Dirinya ke Polda DIY
- Hore! Jaringan Internet di Kawasan Wisata Pantai Selatan Kulonprogo Diperluas
- Sampah dari Pasar Gamping yang Dibuang di Kawasan Pantai Dewa Ruci Akhirnya Dikubur
Advertisement
Advertisement