Advertisement

EKONOMI KREATIF : Batik Tulis & Pewarna Alam "Tancep" Tembus Pasar Timur Tengah

David Kurniawan
Sabtu, 20 Mei 2017 - 17:22 WIB
Mediani Dyah Natalia
EKONOMI KREATIF : Batik Tulis & Pewarna Alam Salah seorang perajin batik di Dusun Sumberan, Desa Tacep sedang membuat batik dengan menggunakan canting. Kamis (18/5/2017). (David Kurniawan/JIBI - Harian Jogja)

Advertisement

Ekonomi kreatif kali ini berupa kerajinan batik dari Desa Tancep

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Desa Tancep, Kecamatan Ngawen memiliki banyak potensi yang terus dikembangkan, mulai dari batik, olahan makanan hingga kerajinan dari anyaman bambu. Namun dari potensi itu, batik menjadi primadona, sebab hasil kerajinan tangan ini sudah menyasar pangsa pasar di Timur Tengah.

Advertisement

Salah seorang pengrajin batik di Desa Tancep, Daru Sayang Diputra mengatakan, di desanya memiliki perajin batik yang mencapai puluhan orang yang terbagi dalam kelompok usaha bersama. Dari usaha ini, sambung dia, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dan tidak hanya bergantung pada sektor pertanian.

Daru mengungkapkan, batik yang dikembangkan di Tancep merupakan batik tulis dengan bahan pewarna dari alam.

“Pangsa pasar kami tidak hanya di lingkup lokal, tapi sudah merambah pasar di luar negeri,” katanya kepada Harianjogja.com, Rabu (17/5/2017).

Menurut dia, sejak beberapa tahun lalu, kreasi batik asal Tancep sudah dipasarkan ke luar negeri seperti Eropa dan kawasan Timur Tengah. Namun dari sejumlah Negara itu, kawasan Timur Tengah menjadi primadona. Pasalnya perajin mampu mengekspor batik sampai tiga kali pengiriman dalam satu tahun. “Kami tidak kirim sendiri, tapi lewat distributor di Kota Jogja,” ujar Kepala Dusun Sumberan ini.

Daru mengungkapkan, meski telah merambah pasar mancanegara, namun pemasaran yang dilakukan masih dalam volume yang kecil. Hal ini terjadi karena proses pembuatan batik tulis yang membutuhkan waktu lama. Ia menerangkan, untuk satu kain batik prosesnya membutuhkan waktu sekitar dua bulan. “Ini yang menjadi kendala untuk pengiriman dalam jumlah besar. Meski peminat banyak, namun jumlah perajin dan waktu pengerjaan lama membuat kain yang dihasilkan masih sangat terbatas,” katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan, Desa Tancep Sugiharto mengatakan, batik tancep merupakan potensi unggulan yang dimiliki desanya. Untuk itu, pihak desa memiliki konsen penuh dalam rangka pengembangan sentra usaha tersebut. “Akan terus kami dukung karena lewat sektor ini penghasilan warga dapat meningkat,” katanya.

Dia pun menegaskan, meski memiliki konsen terhadap pengembangan batik, pihak desa tidak meninggalkan sektor lainnya. “Semua sektor akan kami kembangkan karena ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement