Advertisement
Pentas "Mati Merga Warta" Gelorakan Semangat Pengungkapan Kasus Wartawan Udin

Advertisement
Kisah tewasnya wartawan Udin diangkat dalam sebuah lakon fiksi
Harianjogja.com, BANTUL -21 tahun setelah meninggalnya Fuad Muhammad Syafruddin atau lebih dikenal dengan nama Udin, berbagai elemen berkolaborasi untuk pementasan teater di Kampung Mataraman, Panggungharjo, Sewon.
Advertisement
Kisah tewasnya wartawan Udin diangkat dalam sebuah lakon fiksi garapan Teater Tebu yang juga melibatkan beberapa wartawan lokal Bantul.
Almarhum Udin adalah wartawan yang cukup vokal mengkritisi Orde Baru dan Pemda Bantul yang kala itu dianggap korup. Lewat penanya, wartawan SKH Bernas ini mengkritik keras kebijakan pemerintah, hingga akhirnya Udin dihabisi kemudian meninggal pada 16 Agustus 1996. Sepenggal kisahnya ini dituturkan dalam lakon "Mati Merga Warta" yang berdurasi 80 menit.
Dalam sambutannya Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jogja, Siyono mengakui berbagai langkah telah ditempuh kawan-kawan sejawat Udin untuk mengungkap kasus ini.
Bahkan hingga melibatkan Komnas HAM dan mengetuk berbagai lembaga pemerintahan lainnya. Namun hingga kini belum juga membuahkan hasil. Tapi menurutnya, kawan-kawan wartawan tak patah arang dan kini berkonsolidasi untuk mengajukan Udin sebagai pahlawan pers.
"Ibaratnya kita berjalan di jalan yang sunyi. Semangat harus selalu digelorakan," ucapnya, Kamis (9/10/2017) malam.
Siyono menuturkan ada banyak hal yang dapat diteladani dari sosok Udin, terutama keteguhannya dalam memegang prinsip dan idealisme sebagai seorang wartawan. Semangat itulah yang menurutnya perlu ditiru oleh para wartawan lainnya.
Sementara itu, perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jogja, Bambang Muryanto menyoroti hal lain. Ia memaparkan hasil kajian Committe to Protect Journalist yang menyatakan pada abad ini banyak terjadi kekerasan kepada wartawan yang sedang bertugas. Terakhir, wartawan AS James Foley dipenggal oleh ISIS saat meliput daerah konflik di Suriah.
Hasil kajian tersebut juga mengungkapkan wartawan yang rawan terkena kekerasan adalah mereka yang meliput daerah konflik dan bertugas di tingkat lokal. "Dalam skala nasional itu seperti kawan kita, Udin [wartawan lokal]," tuturnya.
Oleh sebab itu menurutnya, selain untuk merawat ingatan dan menggelorakan semangat para wartawan dalam mendorong pengungkapan kasus Udin, momen ini penting untuk meneguhkan kembali semangat menolak kekerasan kepada para wartawan maupun pekerja lainnya saat sedang menunaikan tugasnya.
Bambang menegaskan tidak boleh ada Udin Udin yang lain, yang merenggang nyawa karena amanat tugas yang diembannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Pemkot Jogja Sabet Predikat Sangat Baik pada Anugerah Meritokrasi KASN 2023
- Sekjen PSI Temui Sultan Jogja Buntut Pernyataan Ade Armando, Begini Hasilnya
- Cuaca Hari Ini, Gunungkidul Diguyur Hujan Ringan dari Pagi hingga Malam
- Jadwal KRL Jogja Solo 8 Desember 2023 dari Stasiun Lempuyangan
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 8 Desember 2023
Advertisement
Advertisement