Advertisement
Belum Genap Tiga Tahun, Amfiteater di Bantul Mangkrak
Advertisement
Amfiteater Sono Seneng terbengkalai setelah terdampak Badai Cempaka.
Harianjogja.com, BANTUL--Kondisi amfiteater Sono Seneng di kaki bukit Pedukuhan Wunut, Dusun Kedungmiri, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri makin memperihatinkan pascabanjir pada akhir November lalu. Pasalnya pelataran panggung kini dipenuhi lumpur dan ditumbuhi ilalang yang lebat. Nyaris tidak ada lagi aktivitas kesenian yang dilakukan di panggung terbuka tersebut.
Advertisement
Pantauan Harianjogja.com di lapangan, kondisi amfiteater tersebut tak jauh beda terlihat seperti sawah di sekitarnya. Rerumputan dan ilalang tumbuh subur di sela-sela kursi panggung terbuka yang dibuat secara permanen oleh Dinas Pariwisata DIY itu. Sedangkan pelataran amfiteater yang berbentuk lingkaran di tengah dan lebih rendah dari sekitarnya, penuh dengan lumpur.
Kepala Dusun Wunut, Sugiyanto membenarkan amfiteater tersebut dibangun dengan dana sebesar Rp400 juta pada 2015 lalu. Kala itu, amfiteater sempat dimanfaatkan untuk lokasi Festival Sewu Kitiran dengan pendampingan dari UGM. Namun menurutnya pendampingan tersebut sudah berakhir pada 2017 dan hingga kini ia belum dapat menjamin keberlangsungan salah satu daya tarik wisata tersebut. Sehingga otomatis amfiteater Sono Seneng pun nyaris tak pernah dimanfaatkan kembali. “Kami ada pendampingan lagi dari Trisakti, inginnya ya menghidupkan [festival] lagi. Tapi kondisinya setelah banjir tidak memungkinkan,” katanya, Rabu (31/1/2018). Ia menjelaskan, sebenarnya sejumlah pentas kesenian akan digelar di amfiteater Sono Seneng. Namun karena kondisinya tidak layak, serangkaian pentas tersebut akhirnya dibatalkan.
Sugiyanto mengakui kondisi amfiteater makin parah pascabanjir akhir November lalu. Material lumpur dari luapan Sungai Oya masuk ke pelataran panggung. Sedangkan untuk membersihkannya, warga cukup kesulitan. Itu diperparah dengan genangan air yang masuk ke pelataran panggung yang berasal dari lahan pertanian di sekitarnya. Untuk membuat pelataran panggung kering, menurutnya perlu dibuat jaringan drainase. Sementara itu, sisi barat amfiteater juga terus digerus aliran air sungai di sampingnya. Apalagi saat musim penghujan seperti ini, kikisan air makin mendekati punggung. "Harusnya dipasang talut, tetapi dari mana sumber dananya?," ucapnya.
Kepala Dispar DIY, Aris Riyanta sempat menyatakan kekecewannya dengan tak terurusnya aset tersebut. Ia mengaku, saat membangun aset tersebut, Pemerintah DIY berharap banyak akan bergeliatnya potensi wisata di kawasan Desa Wisata Srikeminut. Menurutnya persoalan ini seharusnya menjadi perhatian Pemkab Bantul, Dispar Bantul sebagai instansi teknis juga seharusnya bisa melakukan pendampingan. “Kami membangun aset itu bukan tanpa alasan. Sebelumnya, kami juga sudah berdiskusi dengan masyarakat,” ujarnya kala itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Sosok Nathan Tjoe Aon, Nyawa Timnas Garuda Menggapai Impian ke Olimpiade Paris
- Pacu Kekuatan CBR250RR, Pembalap Astra Honda Kibarkan Merah Putih di ARRC Cina
- SDN Nayu Barat 1 dan 2 Solo Digabung pada Tahun Ajaran Baru 2024/2025
- Tegaskan Takkan Setengah Hati Lawan Korsel, STY: Saya Seorang Profesional!
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Muncul Aksi Unjuk Rasa di Kantor KPU DIY
- Danais Kembali Dikucurkan untuk Mendukung Program Becak Listrik di 2024
- Heroe Poerwadi Kumpulkan Berkas Pendaftaran Cawali ke DPD Golkar Kota Jogja
- Kereta Api Terlambat, Daops 6 Yogyakarta Minta Maaf
- PENINGKATAN KAPASITAS SDM WISATA: Dispar DIY Gelar Pelatihan Penyelenggaraan Event
Advertisement
Advertisement