Advertisement
Mayoritas Desa Wisata di Bantul Belum Produktif
Advertisement
Hanya 25% desa wisata yang dianggap produktif.
Harianjogja.com, BANTUL-- Dinas Pariwisata Bantul menyatakan sekitar 25% dari total 38 desa wisata di wilayah ini dinyatakan produktif, sementara sisanya atau sekitar 75% (28 desa wisata) masih kurang produktif. Produktivitas desa wisata diukur dari kunjungan wisatawan yang stabil dan perekonomian masyarakat di sekitarnya membaik.
Advertisement
Plt Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan adanya desa wisata yang tidak produktif disebabkan karena tidak semua desa memiliki pergerakan yang selaras. Ada desa yang masih stagnan, tumbuh perlahan, bahkan tumbuh pesat. Dia menjelaskan, akibat dari pergerakan ekonomi desa, akan menimbukkan beberapa kelas desa wisata yang dikategorikan menjadi desa wisata embrio, desa wisata berkembang dan desa wisata maju.
"Contohnya di Mangunan tiga tahun dari embrio langsung maju, tapi di desa lain tidak bergerak dari embiro masih embrio saja ada, yang berkembang malah tidak maju juga ada, bahkan kalau diteliti mungkin ada banyak desa yang masih embrio," kata Kwintarto, Selasa (13/2/2018).
Kwintarto menambahkan, bahkan pergerakan desa wisata yang tidak seimbang dalam satu kawasan sangat memungkinkan terjadi, seperti contoh kawasan GMT (Gabusan, Manding dan Tembi) yang berada dalam satu kawasan jalur wisata atau Jalan Parangtritis. "Kalau berbicara GMT itu yang Gabusan saya anggap gagal, tapi Manding dengan wisata belanja kerajinan kulit dan Tembi dengan home stay itu relatif bagus, dan kunjungan wisatawannya cukup banyak dan produktif, masyarakat menikmati dan itu yang saya sebut sehat," kata dia.
Menurut Kwintarto, ada satu desa wisata yang sudah maju bahkan dikenal wisatawan mancanegara yaitu Desa Wisata Kasongan dengan kerajinan gerabah, namun di desa wisata lain yang tidak jauh dari Kasongan seperti Jipangan perkembangan dinyatakan masih jauh.
Sebelumnya, peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM Destha Titi Raharjana mengatakan banyak tingkat kunjungan desa wisata yang masih minim. Selain itu, desa wisata masih perlu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. “Ini seharusnya menjadi pekerjaan rumah kita semua bagaimana caranya agar desa wisata dilirik dan diminati oleh wisatawan manca negara,” kata Destha belum lama ini.
Peningkatan pengunjung dinilai Destha berbanding lurus dengan kualitas desa wisata. Namun untuk menyesuaikan tampilan fisik dan kualitas desa wisata tak hanya sampai di situ saja, pengelola diwajibkan untuk melakukan pendataan pengunjung. Hal tersebut agar jumlah pengunjung dan asalnya bisa dipetakan sekaligus dinilai berkala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pemprov Jawa Tengah Mendorong Kadin Berkontribusi dalam Penyediaan Pangan
Advertisement

BOB Golf Tournament 2023 Jadi Wisata Olahraga Terbaru di DIY
Advertisement
Berita Populer
- Hari Ini Sejumlah Wilayah di Jogja dan Kulonprogo Mati Lampu
- Prakiraan Cuaca, Seluruh Wilayah DIY Hujan Ringan dan Sedang di Malam Hari
- Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini, Jumat 24 November 2023
- Jadwal KRL Solo Jogja 24 November 2023, Keberangkatan dari Stasiun Palur
- Simak Jadwal KA Bandara YIA Reguler 24 November 2023
Advertisement
Advertisement