Advertisement
Menurut Arsitek, Tidak Ada Konstruksi Bangunan Yang Paling Kuat Melawan Gempa
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN -- Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY menyarankan pada kesiapsiagaan bencana ketimbang memberikan rekomendasi terkait jenis konstruksi yang paling aman menghadapi gempa.
Alasannya, karena kejadian alam seperti gempa tidak bisa diprediksi waktu dan kekuatannya sehingga nyaris tidak ada tipe konstruksi yang sepenuhnya dapat menjamin keamanan dari gempa.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY Ahmad Syaifudin Mutaqi menjelaskan untuk antisipasi kejadian alam seperti gempa, pihaknya lebih menyarankan pada kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi. Karena tidak ada manusia yang mampu bersaing dengan alam ketika sedang mencari kestabilan.
Ia juga tidak berani menyatakan secara langsung, berbagai model konstruksi tertentu dapat diklaim paling tahan terhadap guncangan gempa.
"Ketika alam ingin mencari kestabilan baru memang ada dampak, kita harus paham tentang itu. Mungkin cara memahami kestabilan baru itulah yang harus terus kita pelajari. Ini penting bagi arsitek karena dengan pemahaman itu arsitek dapat menularkan kompetensi yang dimiliki kepada masyarakat," ungkapnya, Kamis (5/4/2018).
Ia justru menyarankan masyarakat agar lebih cerdas dalam menghadapi situasi kebencanaan. Akan tetapi, terkait kesiapsiagaan, arsitek sebenarnya selalu mengedepankan siap siaga bencana dalam setiap desain karya yang dihasilkan.
"Kalau saya jawab konstruksi a atau b tahan terhadap bencana itu enggak relevan, saya sadar betul alam kok dilawan. Lebih baik kita bersahabat dengan alam. Kita harus sadar betul bahwa berada di ring of fire," ucapnya.
Tetapi, ia tidak menampik bahwa sudah ada ketentuan umum terkait pembebanan dalam konstruksi. Ia mengatakan berkaitan dengan perhitungan pembebanan bangunan secara prinsip bisa ditimbulkan dari atas, mulai dari atap hingga lantai atas hingga orang yang tinggal di atas lantai. Kemudian beban yang ditimbulkan dari samping seperti angin sehingha memiliki kekuatan kelenturan juga harus diperhitungkan dalam mendesain.
Selain itu beban yang ditimbulkan dari efek kegempaan atau merambat dari permukaan bumi. Pengetahun tersebut harus dipahamkan terutama bagi para arsitek yang memiliki kompetensi yang dimiliki untuk mengenal bangunan, manusia dan lingkungannya.
"Seperti jalan yang dipasangi paving, kalau ada efek gempa yang merambat di permukaan, itu terus pavingnya kayak ombak, pengetahuan itu harus dipahamkan," tegas dia.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Ada Pemeliharaan, Cek Jadwal Pemadaman Listrik Kulon Progo Hari Ini (27/4/2024)
- Manfaatkan Layanan Cicilan Dana Bulanan, Begini Cara Sulap Utang agar Untung
- Jateng Kini Tak Punya Bandara Internasional, Nasib 2 Airport yang Turun Kelas
- Jadwal Bioskop XXI Hari Ini (27/4/2024): Banyak Film Keren yang Tayang
Berita Pilihan
Advertisement
Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- AHY Menegaskan Tidak Akan Ada Lagi Asal Menggusur di IKN
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Jumat 26 April 2024
- Pegagan Berpotensi Memperbaiki Daya Ingat, Guru Besar UGM: Meningkatkan Dopamin
- Pj Walikota Jogja Singgih Raharjo Maju Pilkada, Begini Respons Pemda DIY
- Cegah Mafia Tanah, Kantor Pertanahan Jogja Dorong Masyarakat Punya Sertifikat Tanah Elektronik
Advertisement
Advertisement