Pemda DIY : Ricuh di Pertigaan UIN Terkait Politik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menduga demonstrasi di simpang tiga Kampus UIN Sunan Kalijaga ditunggangi pihak-pihak yang ingin melakukan upaya disintegrasi bangsa. DIY dipilih karena jadi barometer nasional, dan jika berhasil dilaksanakan di Bumi Mataram, artinya gerakan serupa akan sukses di daerah lain.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik (Kesbangpol) DIY Agung Supriyono mengatakan 2018 adalah tahun politik, sehingga sulit menampik kericuhan di Simpang tiga UIN Sunan Kalijaga tidak memiliki tujuan politik sama sekali. Dirinya tidak menuduh partai tertentu sebagai dalang, tapi yang jelas gerakan itu ingin merusak iklim kondusif DIY.
Advertisement
"Sebab DIY adalah barometer nasional, sehingga harapannya di tempat lain juga terjadi hal yang sama. Kalau di DIY saja bisa, di daerah lain pun tentu bisa," jelas Agung ketika ditemui di Kompleks Kepatihan, Kamis (3/5/2018).
Namun usaha menjadikan DIY tak aman, sambung Agung, terbukti sudah gagal. Setelah kejadian, berbagai elemen masyarakat langsung bereaksi untuk menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap aksi yang tercela itu. Ramai-ramai mereka menyatakan kerusuhan telah melukai perasaan masyarakat DIY.
Menurut Agung, usaha dari pihak yang menginginkan ketidakstabilan di DIY tak akan mempan, sebab DIY punya persatuan, kesatuan, jiwa besar dan berpredikat sebagai City of Tolerance.
Agung menduga, aksi demo memang sengaja didesain untuk rusuh. Bahkan Kesbangpol DIY mendapat informasi, salah satu peserta aksi bukan mahasiswa, sehingga bisa dikatakan ada penyusupan. "Kami mengimbau seluruh mahasiswa jangan sembarang menerima teman yang notabene bukan mahasiswa. Kewaspadaan harus ditingkatkan supaya tidak mudah ditunggangi."
Seperti diketahui, peringatan Hari Buruh di pertigaan Kampus UIN Sunan Kalijaga, Selasa (1/4/2018), berakhir ricuh. Sejumlah orang berpakaian hitam melempar pos polisi dengan bom molotov.
Koalisi mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Aksi Satu Mei (Geram) membantah terlibat dalam aksi pembakaran pos polisi di pertigaan UIN Sunan Kalijaga, Jogja pada peringatan hari buruh, Selasa (1/5/2018).
Geram menilai aksi mahasiswa disusupi orang tak dikenal berpakaian hitam dan mengenakan penutup wajah.
Faizi Zain, Ketua PC PMII yang merupakan salah satu elemen Geram saat dikonfirmasi Harianjogja.com menceritakan saat massa aksi diwakili Kordum hendak melakukan pernyataan sikap (bertanda akan berakhirnya aksi), tanpa sepengetahuan Kordum, masuk sekolelompok orang dengan ciri-ciri berpakaian gelap (hitam), memakai jaket, penutup kepala serta penutup wajah, mereka tiba-tiba merusak dan membakar pos polisi menggunakan bom molotov, melakukan vandalisme serta tindakan-tindakan anarkis lainnya yang memancing keributan dan merugikan.
Ia juga menegaskan massa aksi tak pernah membuat tulisan provokasi soal "Bunuh Sultan" yang kini viral di media sosial. "Tulisan bunuh Sultan dan lainnya itu bukan dari massa aksi yang resmi. Tulisan itu ada di pertengahan aksi," tegas Faizi Zain, Rabu (2/5/2018).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
687 Warga Negara Asing Terjaring Operasi Jagratara, Pelanggaran Izin Tinggal Mendominasi
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
- Catat! Malam Jumat Kliwon Pekan Depan Ada Sendratari Sang Ratu di Parangkusumo
- 124 Warga Sidomulyo Sleman Terima Ganti Rugi Tol Jogja-Solo Seksi 3 Sebesar Rp53 Miliar
- Tok! Eks Dirut PT Tarumartani Divonis 8 Tahun Penjara atas Dugaan Korupsi Rp8,7 Miliar
- 500 Kiai dan Nyai Sebut Harda-Danang sebagai Pilihan Tepat untuk Sleman Baru
Advertisement
Advertisement