Lempeng dan Pathilo, Kuliner Andalan Desa Ngestirejo
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Salah satu olahan makanan berbahan dasar singkong yaitu lempeng dan pathilo menjadi kuliner andalan warga Dusun Cabean, Desa Ngestirejo, Tanjungsari. Sebab di tempat ini sejak 2015 lalu telah resmi menjadi sentra industri makanan ringan tersebut.
"Sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi mulai diresmikan baru 2015 kemarin," kata Ketua 2 Ngudi Boga Pathilo dan Lempeng, Dusun Cabean, Ngestirejo, Tanjungsari, Kaniyem, Rabu (16/5/2018).
Advertisement
Kaniyem mengungkapkan semenjak diresmikan menjadi sentra industri makanan ringan, sebagian besar warga Dusun Cabean kini berprofesi sebagai pembuat makanan tersebut. Sebelumnya warga lebih memilih menjual singkong dari hasil pertaniannya.
"Dulu jual singkong palingan enggak sampai Rp1 juta, keuntungannya juga tidak seberapa, kalau udah diolah jadi makanan ini [pathilo dan lempeng] keuntungan bisa dua kali lipat dari itu [jual singkong]," katanya.
Adapun satu kilogram lempeng dan pathilo dijual Rp12.000 - Rp15.000. Namun harga tersebut bisa berubah tergantung dengan jumlah panen singkong yang diperoleh warga.
"Biasanya kalau hasil panen singkong menipis kami ambil dari penyetor daerah Jawa Timur atau Klaten. Harganya jadi lebih mahal sedikit kisaran Rp1.000," ungkap Kaniyem.
Wasilah, 30, salah satu pembuat lempeng dan patilo mengaku belum lama menekuni pekerjaan tersebut. Berbekal ilmu yang diturunkan oleh kedua orang tuanya, sampai saat ini ia menekuni usaha tersebut sebagai pekerjaan pokok. “Dipasarkan di pusat oleh-oleh, kadang ada pesanan dari tetangga yang ada di kota-kota besar,” ujarnya.
Wasilah mengatakan untuk membuat lempeng dan pathilo, memerlukan waktu sekitar dua hari. “Proses pembuatan, pertama, ketela yang sudah dibersihkan, direndam dengan air garam; kemudian digiling, baru dijemur kurang lebih 1 hari, jika cuaca baik,” ujarnya.
Adapun bahan baku Lempeng adalah singkong dengan tambahan bumbu dapur semacam bawang merah dan penyedap rasa.
Setelah itu dibuat adonan yang kemudian ditipiskan. Adonan yang telah tipis lalu dijemur. "Jika panas matahari bagus bisa satu harian, tapi kalau biasa ya sampai dua hari," ujar Wasilah.
Kepala Desa Ngestirejo, Thomas Probo mengungkapkan kuliner lempeng dan pathilo merupakan salah satu potensi terbaik desanya. Sebab, ditambah dengan peresmian sentra industri makanan itu telah meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. "Atas hal itu kegiatan mereka [pembuat lempeng dan pathilo] selalu kami dukung sepenuhnya," ujarnya.
Adapun dukungan itu diwujudkan dengan selalu mengikutsertakan para pembuat makanan ringan itu ke pameran UKM. "Seperti kemarin waktu Gunungkidul Expo itu kami juga sertakan mereka, selain itu peatihan untuk mengembangkan usaha ini lebih maju selalu kami lakukan," katanya.
Thomas berharap ke depan sentra industri ini mampu berkembang dan bisa menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk lebih mengenal Desa Ngestirejo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
30 Orang Meninggal Dunia Saat Berebut Bagi-Bagi Makanan Gratis di Nigeria
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- Perumda PDAM Tirtamarta Gelar Wayang Kulit Lakon Wahyu Pulung Warih
- Incar Mahasiswa, Kasus Penipuan Penggelapan Paling Banyak Terjadi di Sleman
- Pusat Oleh-Oleh Diharapkan Mampu Tumbuhkan Ekonomi Jogja
- Scoopy Serempet Sepeda Ayun di Kretek, Pembonceng Meninggal Dunia
- Tol Jogja-Solo: 15.600 Kendaraan Melintasi Ruas Jalan Tol Klaten-Prambanan di Hari Pertama Operasi
Advertisement
Advertisement