Advertisement

Menjaga Pusaka Melalui Tradisi Jamasan

Jalu Rahman Dewantara
Senin, 08 Oktober 2018 - 16:37 WIB
Kusnul Isti Qomah
Menjaga Pusaka Melalui Tradisi Jamasan Dua orang abdi dalem tengah memandikan tombak peninggalan Keraton Yogyakarta dalam kegiatan Jamasan Tosan Aji di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gununungkidul, Senin (8/10/2018). - Harian Jogja/Jalu Rahman Dewantara

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Ratusan pusaka meliputi keris dan tombak dimandikan dalam kegiatan Jamasan Tosan Aji yang diselenggarakan di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Senin (8/10/2018). Selain sebagai ritual adat, acara ini juga merupakan upaya menjaga nilai-nilai budaya.

"Ini menjadi salah satu upaya kami agar budaya atau tradisi merawat pusaka bisa tetap bertahan di DIY, khusunya Gunungkidul," ucap Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Gunungkidul Agus Kamtono di lokasi acara, Senin.

Advertisement

Agus menjelaskan kegiatan ini rutin dilangsungkan tiap Bulan Sura sesuai penanggalan Jawa. Pemilihan waktu pemandian pusaka atau jamasan sendiri dilakukan setelah Keraton Yogyakarta melangsungkannya terlebih dahulu.

"Biasanya nanti dari kabupaten melaksanakan kegiatan ini setelah keraton sudah melakukannya, karena memang kami mengikuti adat mereka," bebernya.

Dalam kegiatan tersebut sedikitnya 100 keris serta empat tombak peninggalan keraton yang berada di Gunungkidul dimandikan oleh para abdi dalem. Prosesnya berlangsung sekitar 30 menit. Sebelumnya pusaka-pusaka ini telah diikutkan ritual dan pembacaan doa.

Di lokasi yang sama Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul CB Supriyanto menjelaskan kegiatan ini biasanya dilaksanakan di desa, tapi karena ini kewajiban pelestarian budaya maka mereka coba fokuskan di satu tempat.

"Sebab agar masyarakat sekitar juga tahu bagaimana tata cara jamasan yang benar, selain itu agar pusaka bisa terawat dengan baik," ucapnya.

Sebelum jamasa itu dimulai, pada Minggu malam telah terlebih dahulu dilangsungkan sarasehan di Bangsal Sewokoprojo. Dalam acara itu juga dijelaskan tentang bagaimana merawat pusaka dan kenapa harus dirawat.

"Sekaligus semalam dijelaskan tentang filosofi pusaka ini apa saja. termasuk para pemilik keris juga harus tahu tentang silsilah dan makna keris miliknya," ucapnya.

Dikatakan Supriyanto, pusaka-pusaka ini khusunya berjenis keris tersebar di 30 desa di Gunungkidul. Sementara untuk lima tombak merupakan peninggalan Keraton Yogyakarta.

Dia berharap adanya kegiatan ini masyarakat bisa lebih paham tata cara merawat pusaka yang baik. Hal ini agar kelestarian budaya bisa tetap terjaga.

Akan Mendata Pusaka

Disbud Gunungkidul berencana mendata seluruh pusaka yang ada di Gunungkidul. Hal ini agar keberadaan benda bersejarah tersebut tetap terpantau.

"Sebenanrnya sudah banyak sekali cuman memang belum terdata," kata Kepala Disbud Gunungkidul Agus Kamtono.

Ke depan lanjut Agus pihaknya ingin pada saat pelaksanaan jamasan bisa mendata pusaka yang ada. "Syukur-syukur nanti benda bersejarah ini bisa terpantau keberadaanya," ucapnya.

Sebab dia khawatir jika tidak terdata nanti banyak benda bersejarah ini bisa lepas dan hanya menjadi komoditas ekspor. Selain itu upaya ini juga sebagai penangkal keberadaan keris palsu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menkopolkam Sebut Libur Natal Relatif Aman

News
| Rabu, 25 Desember 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Waterboom Jogja Kebanjiran Pengunjung di Libur Natal, Wahana Baru Jadi Daya Tarik

Wisata
| Selasa, 24 Desember 2024, 16:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement