Advertisement
Duh, Kasus Stunting, Dinkes Bantul Baru Intervensi Sekitar 30%

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Bantul dinilai perlu menggencarkan kampanye zero stunting. Sayangnya, angka intervensi penanganan kasus stunting oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul hanya sekitar 30%.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Bantul, Anugrah Wiendyasari mengatakan angka intervensi penanganan kasus stunting yang dilakukan Dinkes Bantul hanya menyumbang sekitar 30%. Sisanya perlu intervensi dari sejumlah pihak karena kondisi lingkungan, kesejahteraan, pendidikan, dan ketersediaan air bersih juga mempengaruhi.
Advertisement
Oleh karena itu penanganan stunting pada tahun depan harus melibatkan lebih banyak organisasi perangkat daerah (OPD). Selain itu, dia berharap para orang tua yang memiliki balita untuk rajin menimbang anak di posyandu, puskesmas, atau pusat layanan kesehatan terdekat agar ketika terjadi kelainan pada anak segera teratasi.
Anugrah mengatakan angka stunting di Bantul dari tahun ke tahun sudah mengalami penurunan dari 12,1% pada 2015; menurun menjadi 10,98% di 2016; dan sampai akhir 2017 seanyak 10,41%.
Angka stunting 10,41%, diakui Anugrah masih dalam garis hijau atau batas aman karena secara nasional yang ditetapkan memang harus di bawah 20%.
Kendati begitu pihaknya terus berupaya menurunkan angka stunting. "Tidak ada target penurunan secara angka. Tapi tahun depan penanganan stunting menjadi salah satu program perioritas," kata Anugrah, Selasa (11/12/2018).
Beberapa program yang dilakukan, di antaranya adalah memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), mulai dari masa kehamilan, pemberian ASI esklusif, pemberian nutrisi sesuai usia, pemantauan tumuh kembang anak melalui posyandu, lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), serta pemberian imunisasi, dan vitamin.
Anggota DPRD Bantul Setiya mengatakan Pemkab Bantul harus hadir untuk memastikan tidak ada kasus stunting. Menurut dia, zero stunting adalah salah satu upaya kongkrit mewujudkan kesejahteraan masyarakat. "Bisa dibayangkan bila generasi penerus terpapar stunting. Sebagai bangsa, kita akan tidak mampu berkompetisi dengan negara lain," kata Setiya.
Sekadar diketahui, stunting merupakan kondisi saat anak tidak tumbuh secara optimal. Biasanya ditandai dengan tinggi badan yang pendek dan kecerdasan yang rendah karena otaknya tidak bekembang. Penyebab utama stunting adalah gizi buruk dan lingkungan yang tidak kondusif untuk tumbuh kembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Wakil Direktur Utama BRI Ditetapkan Jadi Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Mesin EDC Bank
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Wiyos Santoso, Ni Made dan Aris Eko Masuk Tiga Besar Kandidat Sekda DIY
- Prestasi ORI DIY, Selesaikan 177 Laporan Selama Semester I 2025, Paling Banyak Soal Isu Pendidikan
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
Advertisement
Advertisement