Advertisement

Ini Cerita Seorang Ayah di Bantul yang Tak Mampu Bawa Pulang Jenazah Anaknya dari Malaysia Karena Tidak Punya Biaya

Ujang Hasanudin
Selasa, 22 Januari 2019 - 18:17 WIB
Sunartono
Ini Cerita Seorang Ayah di Bantul yang Tak Mampu Bawa Pulang Jenazah Anaknya dari Malaysia Karena Tidak Punya Biaya Sapon, menunjukkan foto anaknya Imam Saputra saat masih hidup melalui telepon seluler di rumahnya di Dusun Mulekan II, Tritrosari, Kretek, Bantul, Senin (21/1/2019). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL -- Imam Saputra, 23, TKI asal Dusun Mulekan II, Desa Tirtosari, Kecamatan Kretek, Bantul, dikabarkan meninggal dunia di Malaysia. Namun keluarga korban tidak mampu membawa pulang jenazah ke tanah air karena ketiadaan biaya sehingga jenazah Imam terpaksa dimakamkan di Malaysia.

Ayah Imam Saputra, Sapon, 55 mengkonfirmasi kebenaran kabar anaknya meninggal dunia di Malaysia. Ia mendapat kabar anaknya itu ditemukan meninggal di sebuah sungai di Malaysia pada Senin (7/1/2019) malam lalu. Dalam kabar yang diperoleh melalui pesan singkat itu juga menyebutkan bahwa Imam diduga sudah meninggal dua hari sebelum ditemukan. 

Advertisement

Sapon juga mendapat kabar bahwa dua hari sebelum ditemukan, anak ketiga dari empat saudara itu sempat dijemput oleh dua temannya. Siapa yang menjemput Imam dan pergi kemana, Sapon tidak mengetahuinya. "Saat pertama dapat informasi itu melalui keponakan saya, saya belum percaya 100 persen," ungkap Sapon, seusai menerima kunjungan dari Bupati Bantul Suharsono di rumahnya, Senin (21/1/2019).

Informasi itu kembali datang dengan memberikan ciri-ciri dari baju dan celana. Ia bingung dengan kabar tersebut karena tidak tahu harus minta bantuan kemana. Akhirnya keluarga melaporkan informasi tersebut ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul. 

Disnakertrans langsung mencari informasi melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuala Lumpur hingga menemukan informasi identitas korban. Imam Saputra diketahui berangkat ke Malaysia sejak 2014 lalu berdasarkan data paspor. Ia berangkat bersama dua temannya dari Solo dan Kalimantan. Ia ke Malaysia melalui Kalimantan secara mandiri tanpa sepengetahuan pemerintah. 

Dengan informasi tersebut, Sapon baru meyakini kematian anaknya.‎ Ia membenarkan anaknya berangkat ke Malaysia pada 2014 dan bekerja di sebuah pabrik. Informasi pekerjaan itu didapatkan dari tetangganya yang sudah lebih dulu bekerja di Malaysia. 

Setelah lima tahun lamanya Imam di Malaysia dan sampai kematiannya belum pulang ke rumah di Bantul. Sapon mengaku Imam memang termasuk yang jarang memberi kabar, kecuali dengan adik dan keponakannya. Terakhir Imam memberi kabar pada November 2018 lalu bahwa dirinya akan pulang saat lebaran Idul Fitri 2019 ini.

Sapon belum tahu penyebab kematian anaknya. Pekerjaan Imam yang dia ketahui sejauh ini memang sering mengangkut kayu melalui sungai menggunakan kapal. Namun dari mana kemana kayu itu diangkut, Sapon tidak tahu.

"Kalau dari beberapa keterangan tahunya anak saya ditemukan di kali. Entah terpeleset, entah kecelakaan kerja, atau karena berantem, saya belum tahu," katanya.

Untuk kepastiannya, Sapon menunggu hasil otopsi dari otoritas Malaysia. Ia sempat meminta Imam dipulangkan ke Indonesia. Namun biaya untuk membawa jenazah ke tanah air membutuhkan dana besar, yakni sekitar Rp30 juta. Besaran itu cukup memberatkan keluarga. Pihaknya ditawarkan supaya anaknya dimakamkan di Malaysia dengan biaya sekitar 2.500 ringgit, atau jika dirupiahkan sekitar Rp9 juta dengan asumsi satu ringgit Rp3.600.

Akhirnya Imam Saputra dimakamkan di Malaysia, tepatnya di Sibu, Sarawak atau perbatasan dengan Kalimantan Timur. Sapon mengaku biaya pemakaman anaknya tersebut juga berkat pinjaman dari salah seorang petugas Disnakertrans Bantul. Ia tidak bisa berbuat banyak dengan musibah tersebutnya, "Kami ridho dan mendoakan. Pasrah aja," kata Sapon.

Kepala Disnakertrans Bantul, Sulistiyanto mengatakan, Imam Saputra tidak tercatat di perusahaan penyalur pekerja TKI dari pemerintah maupun swasta. Pihaknya sudah menelusuri identitas Imam dan tidak ada legalitasnya sebagai TKI.

Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Bantul tidak bisa memfasilitasi kepulangan jenazah Imam dari Malaysia karena tidak ada payung hukumnya, "Kami ada duitnya untuk memfasilitasi. Tapi jangan sampai nanti bermasalah atau jadi temuan [penyalahgunaan anggaran]. Bukannya menyelesaikan masalah malah menambah masalah," kata Sulistiyanto. 

Disinggung soal kejanggalan kematian Imam, mantan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bantul ini menyatakan bahwa ia tidak memiliki informasi detail soal penyebab kematian. Pihaknya hanya mendapat surat dari KJRI di Kuala Lumpur bahwa Imam Saputra ditemukan meninggal dunia di sungai. Imam diduga sudah meninggal lebih dari dua hari.

Dalam surat KJRI tersebut juga sedang melakukan autopsi jenazah dan meminta izin untuk memakamkan Imam di Malaysia. "Kami tidak bisa berandai-andai terkait penyebab kematian sebelum hasil otopsi jelas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang

News
| Jum'at, 19 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement