Advertisement

Kekeringan, Ratusan Hektare Sawah di Sleman Gagal Panen

Yogi Anugrah
Senin, 15 Juli 2019 - 21:22 WIB
Budi Cahyana
Kekeringan, Ratusan Hektare Sawah di Sleman Gagal Panen Ilustrasi kekeringan - Reuters/Jose Cabezas

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Ratusan hektare lahan persawahan di Sleman gagal panen. Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mencatat sejauh ini sekitar 148 hektare sawah di Kecamatan Prambanan puso akibat musim kemarau. Selain itu, sekitar 50 hektare sawah di Kecamatan Kalasan berpotensi mengalami kekeringan dan puso.

Kepala DP3 Sleman, Heru Saptono, mengatakan salah satu penyebab lahan pertanian di Prambanan mengalami puso adalah para petani yang masih mengacu pada pola tanam tahun lalu. “Sebanyak 143 hektare lahan yang puso itu mayoritas ditanami padi gogo. Jika mengacu pola tanam tahun lalu, saat itu meski kemarau masih ada hujan. Sedangkan untuk kemarau tahun ini kering tidak ada hujan,” kata dia, Senin (15/7/2019).

Advertisement

Heru mengatakan ada 50 lahan pertanian di Kecamatan Kalasan yang berpotensi kekeringan hingga puso. “Lahan yang berada di sisi utara Selokan Mataram berpotensi kekurangan air, kalau yang berada di sisi selatan Selokan Mataram relatif aman dan bisa ditanami. Para petani memanfaatkan sumur di lahan, tetapi belum semuanya maksimal,” ucap dia.

DP3 Sleman, menurut Heru, akan membantu pompa air bagi petani untuk mengantisipasi kebutuhan air pada musim kemarau. “Kami meminta kepada para petani agar menanam komoditas yang tidak membutuhkan banyak air seperti palawija atau sayur mayur,” ujar dia.

Disinggung mengenai produksi beras di Sleman, ia mengatakan lahan yang mengalami puso tidak berpengaruh banyak terhadap hasil produksi padi di Bumi Sembada. “Total lahan pertanian di Sleman sekitar 18.000 hektare, jadi puso di Prambanan dan Kalasan tidak berpengaruh terhadap total produksi,” ucap dia.

Berdasar hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, terdapat 49 kecamatan yang berstatus awas potensi kekeringan meteorologis, yakni berkurangnya curah hujan dari keadaan normal dalam jangka waktu yang panjang berurutan. "Status Awas telah mengalami HTH lebih dari 60 hari dan prospek curah hujan rendah, kurang dari 10 mm/10 hari. Status ini terjadi di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul," kata Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas. “Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus,” kata Reni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement