Advertisement
Awas, Sepekan Ke Depan, Ombak di Laut Selatan Bisa Mencapai 5 Meter

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memperkirakan hingga sepekan ke depan, gelombang laut di selatan Jawa masih tetap tinggi. Ketinggian diperkirakan mencapai lebih dari 2,5 meter.
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan secara umum, pada Minggu (21/7/2019), ketinggian gelombang laut diperkirakan sekitar dua hingga tiga meter; Senin (22/7/2019), diperkirakan sekitar empat hingga lima meter; Selasa (23/7/2019) sekitar 3,5 meter; Rabu (24/7/2019) sekitar empat hingga lima meter; Kamis (25/7/2019) sekitar tiga hingga empat meter; dan Jumat (26/7/2019) ketinggian gelombang diprediksi kembali sekitar 2,5 meter.
Advertisement
Reni mengatakan saat ini, angin timuran atau moonsoon Australia sedang bertiup, dan terpantau saat tekanan udara diperairan sebelah timur Australia. Hal ini menyebabkan dorongan angin cukup kuat, sehingga menyebabkan gelombang di perairan selatan Jawa cukup tinggi. “Kami mengimbau agar para wisatawan domestik dan mancanegara agar tidak mandi di bibir pantai dan untuk nelayan agar tidak melaut dulu sampai kondisi memungkinkan untuk melaut,” ujar dia, Minggu.
Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Staklim Yogyakarta, Etik Setyaningrum, mengatakan dari hasil monitoring hari tanpa hujan update hingga 20 Juli, hampir sebagian besar wilayah di DIY sudah tidak ada hujan secara berturut-turut selama lebih dari 60 hari ). Kondisi ini, kata dia, menunjukkan indikasi adanya kekeringan secara meteorologis, yakni berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang. “Di prakirakan musim kemarau akan masih berlanjut hingga dua sampai tiga bulan ke depan dan puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus,” kata dia, Minggu (21/7).
Kondisi lainnya yang perlu diperhatikan adalah suhu udara yang cukup dingin khususnya di malam hingga pagi hari, suhu udara rata-rata minimum saat ini berkisar 18-20 derajat Celsius. “Penyebabnya karena adanya aliran masa udara dingin dari Australia yang memasuki wilayah Indonesia. Hal ini juga didukung adanya pembentukan tutupan awan yang sangat kecil yang terjadi dimusim kemarau, kondisi ini menyebabkan radiasi balik bumi ke atmosfer dengan cepat akan keluar, sehingga suhu udara di bumi menjadi cepat dingin,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Vladimir Putin Kembali Maju dalam Pemilu Presiden Rusia Maret 2024
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Kekayaan Guru Besar UGM Sekaligus Wamenkumham Eddy Hiariej Tersangka Suap, Punya 4 Rumah Rp23 Miliar di Sleman
- Meski Pembinaan Rutin Digelar, Parkir Liar Bak Mati Satu Tumbuh Seribu
- Terlibat Mafia Tanah Kas Desa, Jagabaya Caturtunggal Ditahan Kejati DIY
- Sendratari Anak Tari Klasik Gaya Jogja Dipentaskan di Ndalem Mangkubumen
- Mafia Tanah Kas Desa: Jagabaya Caturtunggal Diduga Terima Suap dari Robinson 3 Kali, Nilainya Ratusan Juta
Advertisement
Advertisement