Advertisement

Konsep Wisata Nomadic Tourism Hanya Ada di Gua Ngingrong

Rahmat Jiwandono
Senin, 12 Agustus 2019 - 20:12 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Konsep Wisata Nomadic Tourism Hanya Ada di Gua Ngingrong Ibu-ibu warga Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, memainkan gejog lesung sebagai salah satu atraksi wisata di Geosite Gua Ngingrong, Kamis (11/4/2019). - Harian Jogja/Rahmat Jiwandono

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Konsep wisata nomadic tourism di Gunungkidul hanya ada di Gua Ngingrong, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari. Nomadic tourism merupakan konsep wisata temporer baik dari segi aksesbilitas maupun amenitas.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata (Dinpar) Gunungkidul, Supartono, menjelaskan jajarannya sejak 2018 mengusulkan Gua Ngingrong sebagai nomadic tourism. Tahun ini Gua Ngingrong digunakan sebagai lokasi jelajah alam oleh komunitas mobil Land Rover. "Untuk menerapkan konsep ini perlu lahan yang luas, pemandangan bagus dan fasilitas penunjang yang memadai," kata dia kepada Harian Jogja, Minggu (11/8/2019).

Advertisement

Supartono menyatakan saat ini nomadic tourism baru ada di kawasan Gua Ngingrong. Dispar Gunungkidul belum mengusulkan objek wisata lain karena perlu kajian sarana kebersihan dan ketersediaan air. Menurutnya, untuk urusan atraksi wisata sudah ada namun akses serta fasilitas menjadi kendala dalam pengembangan konsep ini. "Kawasan pantai selatan seperti Bukit Kosakora di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, pernah diusulkan tapi kami kaji ulang terutama dengan pertimbangan lingkungan, luas wilayah dan akses jalan," kata dia.

Ketua Pokdarwis Jagad Lega Gua Ngingrong, Suwarno, mengatakan jajarannya terus mengembangkan Gua Ngingrong agar wisatawan yang datang semakin banyak. "Salah satunya kami membuat homestay sebanyak 100 unit," ujarnya.

Menurut dia, homestay dikonsep tinggal di rumah milik warga. Dengan konsep ini wisatawan bisa berinteraksi dengan pemilik homestay, tidak sama seperti wisatawan yang menyewa sebuah penginapan tanpa ada komunikasi.

Gua Ngingrong juga menawarkan wahana flying fox dengan harga tiket Rp35.000 dan naik ATV Rp20.000. Adapun makanan tradisional yang dijual seperti botok, sambel tawon, makanan dari ketela, pecel, nasi gudeg, gudangan dan nasi thiwul. "Itu yang kami jual," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement