Mahasiswa UGM Bikin Bata Beton dari Bahan Plastik

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-- Sekelompok mahasiswa UGM memanfaatkan limbah plastik menjadi bata beton. Limbah plastik selama ini mencemari lingkungan.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Putra Makmur Boangmanalu, Stephanus Satria Wira Waskitha, Vidiskiu Fortino Kurniawan, Nicolaus Elka Yudhatama dan Reza Yustika Bayuardi.
Advertisement
BACA JUGA: TelkomClick 2023: Kesiapan Kerja Karyawan dalam Sukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
Berkat penemuan produk komposit beton saat menjalankan kuliah kerja nyata (KKN) 2019 di Desa Sepanjang, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu mereka berhasil menyabet medali emas dari ajang internasional 2nd World Innovation Technology Expo (WINTEX) 2019 yang diselenggarakan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) pada 9-12 Oktober 2019 di Jakarta.
Vidiskiu Fortino Kurniawan menyatakan proses pembuatan komposit beton dimulai dengan melelehkan limbah plastik dan diaduk merata dengan pasir lalu dicetak menjadi komposit beton. Beton tersebut lalu dibakar di tungku menggunakan kayu bakar.
Timnya membuat bata beton ukuran besar dan ukuran tipis. Bentuknya ada dua macam yaitu berpori-pori dan sudah dipres secara manual.
"Satu bata dengan pori-pori bisa digunakan untuk paving block dan satu lagi untuk membuat fondasi bangunan," ujar Vidiskiu, Selasa (29/10/2019).
Namun, pihaknya belum akan menjual bata beton tersebut secara komersial, lantaran masih dalam tahap penelitian.
Diakuinya, pembuatan bata dari olahan sampah plastik terinspirasi dari ecobrick sedang ramai dikembangkan. Meski demikian, teknologi pembuatan ecobrick butuh alat berat yang canggih.
"Oleh karena itu coba kami sederhanakan agar bisa diimplementasikan ke masyarakat yang belum punya alat itu dan bentuknya kami buat batu bata," kata dia.
Peneliti lainnya Putra Makmur Boangmanalu, mengatakan guna mendapat komposit beton ini timnya memakai bijih botol plastik jenis Polietilen Tereftalat (PET). Setelah itu, plastik dicacah lalu dipanaskan dengan suhu 410 sampai 580 derajat celsius. "Waktu untuk memanaskan sekitar 30 menit," ungkapnya. Lelehan plastik tadi dimasukkan ke dalam cetakan, lalu dikeringkan selama tujuh hari.
Dikatakannya, produksi plastik meningkat 20 kali lipat antara 1964-2015 mencapai 322.000 juta ton. "Karena kami prihatin maka kami coba mengurangi limbah plastik yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," kata dia.
BACA JUGA: Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Geser Rusia, Amerika Kini Jadi Pemasok Minyak Mentah Terbesar Eropa
Advertisement

Deretan Negara di Eropa yang Bisa Dikunjungi Bagi Pelancong Berduit Cekak
Advertisement
Berita Populer
- Kapolres Kulonprogo Dicopot dari Jabatannya, Buntut Penutupan Patung Maria
- Pemda DIY Siapkan 3 Langkah untuk Kawal Pembayaran THR Tepat Waktu
- Danramil Rongkop Terlibat Kecelakaan di Jalan Imogiri, 1 Meninggal Dunia
- Tok! Pilihan Lurah di Gunungkidul pada 2024 Dipastikan Ditunda
- Tagihan LPJU Gunungkidul Nyaris Rp1 Miliar Per Bulan
Advertisement