Banyak Kebaya Melenceng dari Pakem, Komunitas Perempuan Berkebaya Jogja Gelar Talkshow
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Komunitas Perempuan Berkebaya Jogja menggelar Ngadibusana Pakem Gagrak Jogja dan Solo di Hotel Sriwedari, Sleman, Minggu (26/1/2020). Acara yang diikuti masyarakat umum ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang tata cara pemakaian kebaya Jogja, terutama di tengah modernisasi yang terkadang mengikis esensi berkebaya.
“Jika tidak dipelajari dengan benar akan membelokkan esensi berkebaya, membelokkan visi berkebaya juga. Harapannya dengan adanya acara ini masyarakat biaa mengaplikasikannya dalam budaya modern saat ini,” kata Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Jogja Tinuk Suhartini MG
Advertisement
Tinuk mengatakan saat ini makin banyak variasi kebaya yang jauh menyimpang dari pakemnya. Menurutnya, alangkah baik apabila dalam acara formal masyarakat umum mengenakan kebaya dengan baik dan benar sebagai bentuk melestarikan kebudayaan asli Jogja.
Narasumber utama dalam acara ini adalah RAy Kusswantyasningrum yang dikenal sebagai abdi dalem Kraton Ngayogyakarta yang menekuni dunia tata rias sejak 1989. Perempuan dengan nama paring dalem Nyi Raden Wedono Retno Adiningtyas ini juga mendalami budaya adat berbusana di Kraton sejak berusia sembilan tahun.
Dalam acara ini Tyas mengatakan semakin banyak variasi kebaya dan cara pemakaian yang sebenarnya keliru. Guna melestarikan budaya, menurut Tyas, busana kebaya seharusnya dikenakan sesuai aturan atau pakem. Hal ini dikenal dengan Pakem Gagrak Jogja atau Pakem Gagrak Solo.
"Busana tradisional jangan sampai dirusak dengan kekinian. Kalau modifikasi mangga. Akan tetapi memang harus ribet, inilah cara priyayi zaman dulu agar putri-putri Jogja dan Solo keliatan gandes, luwes dan kewes. Esensinya memang itu, agar pemakainya menjiwai dan jadi anggun," kata Tyas di sela acara.
Tak sekadar talkshow, acara ini juga melaksanakan praktik memakai busana kebaya yang baik dan benar sesuai pakem Jogja dan Solo. Misalnya penggunaan lengan 3/4 dalam busana tangkepan seharusnya hanya boleh dipakai di dalam rumah. Sesuai dengan kebiasaan priyayi jaman dulu.
Selain itu, Tyas juga mengedukasi peserta soal cara memakai jarik yang baik dan benar. Misalnya ketetapan jumlah wiru, arah lipatan jarik, dan arah motif sesuai pakem Jogja dan Solo.
Perbedaan padu padan busana kebaya khas Jogja dan Solo juga dijelaskan secara rinci. "Bahkan ada tata cara duduk ketika mengenakan kebaya, ini juga esensi dari diciptakannya kebaya, supaya pemakainya menjaga sikap dan sopan santun," kata Tyas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Natal dan Tahun Baru, Potensi Pergerakan Orang Diprediksi Mencapai 110,67 Juta Jiwa
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
- KPU Sleman Memprediksi Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS Rampung Maksimal Jam 5 Sore
- Indeks Masih Jomplang, Penguatan Literasi Keuangan Sasar Mahasiswa UGM
- Undangan Memilih Pilkada Gunungkidul Didistribusikan ke 612.421 Warga
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
Advertisement
Advertisement