Advertisement

Promo November

Banjir Bandang Berpotensi Besar Terjadi di Sleman

Rahmat Jiwandono
Senin, 17 Februari 2020 - 08:17 WIB
Arief Junianto
Banjir Bandang Berpotensi Besar Terjadi di Sleman Ilustrasi/ABC Laos News - Handout via Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Banjir bandang dinilai rawan terjadi di dua kabupaten di DIY, salah satunya adalah Sleman. Tebing dan lereng perbukitan yang tersebar di sejumlah daerah di DIY berpotensi memicu terjadinya banjir bandang. Pasalnya, longsoran tebing dapat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai.

Pakar Manajemen Sungai Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono mengatakan dua kabupaten di DIY yang berpotensi banjir bandang adalah Sleman dan Gunungkidul. Di Sleman, terdapat sungai yang berhulu di Gunung Merapi, sedangkan Gunungkidul lebih dipengaruhi oleh kondisi geografis.

Advertisement

“Bentang geografis di Gunungkidul cenderung menekuk pada bagian lereng pegunungan. Ini berpotensi memicu terjadinya banjar bandang, seperti yang terjadi di Pantai Ngrenehan pada tahun lalu," kata dia, akhir pekan lalu.

Meski begitu dia meminta masyarakat tidak panik. Meski banjir bandang pada dasarnya belum bisa diprediksi, tetapi dapat diantisipasi.

 Susur Sungai

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir bandang adalah dengan susur sungai. Susur sungai dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat serta melibatkan pihak pemerintah.

Gerakan susur sungai bukan sekadar menengok keadaan kondisi sekitar sungai melainkan melakukan kegiatan bersih sungai dari timbunan kayu, sampah, dan longsor di tebing sungai. Sebab, sebagian besar penyebab banjir bandang dikarenakan adanya sumbatan di daerah hulu sungai.

"Sungai tersumbat oleh ranting dan pohon tumbang yang menumpuk. Sekitar 90 persen karena sumbatan, maka semua pihak harus aktif membersihkan," katanya.

Tidak hanya sebagai bentuk antisipasi, kata dia, susur sungai juga memberikan dampak positif lainnya. Seperti dengan ditemukannya potensi sungai yang ada di wilayah tertentu.

Mulai dari ditemukannnya sumber mata air, aliran air yang deras untuk pembangkit listrik, sampai dengan lokasi baru di wilayah sungai untuk objek wisata.

Selama susur sungai juga harus dilakukan pemetaan sampai dipastikan sungai benar-benar bersih dari sumbatan. “Karena jika aliran sungai tidak menuju ke lokasi permukian, banjir bandang sebenarnya tidak jadi soal. Yang jadi masalah adalah jika arahnya menuju ke permukiman. Lagipula sekarang banyak daerah yang punya sungai tapi tidak paham potensinya,” katanya.

Sebelumya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengaku akan memetakan sungai-sungai yang ada di DIY. Khususnya sungai yang memiliki hulu di Gunung Merapi dan berhilir di Laut Selatan. "Sungai-sungainya panjang dan memang ada beberapa tempat yang dinilai rawan. Untuk menunjukkan kerawanan ini diperlukan peta yang jelas," kata Biwara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilkada Jakarta, Pramono-Rano Unggul 50,02% Versi Quick Count LSI

News
| Rabu, 27 November 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Merasakan Lumernya Cokelat dari Jogja

Wisata
| Senin, 25 November 2024, 08:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement