Advertisement

Tewasnya Pesepeda di Kulonprogo Jadi Pembelajaran: Jangan Paksaan Diri!

Jalu Rahman Dewantara
Selasa, 16 Juni 2020 - 10:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Tewasnya Pesepeda di Kulonprogo Jadi Pembelajaran: Jangan Paksaan Diri! Foto ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGOMeninggalnya pesepeda asal Kabupaten Bantul karena kelelahan ketika menanjak di wilayah Kapanewon Kalibawang, Kulonprogo beberapa waktu lalu memunculkan keprihatinan dari pegiat sepeda di Kulonprogo. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting agar pegowes lebih berhati-hati dalam menjalani olahraga tersebut.

"Harapan kita kan gowes itu untuk mencari kesehatan, apalagi di usia seperti yang meninggal itu kan sudah 40 lebih, artinya bersepeda bukan untuk prestasi, hanya sebatas kita mencari kesehatan, kedua refreshing, sehingga perlu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing," ujar Aris Nugraha selaku Wakil Ketua Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Kulonprogo, Selasa (16/6/2020).

Advertisement

Aris yang sudah bertahun-tahun menggeluti olahraga sepeda dan bergabung dalam komunitas Menoreh Biker ini menuturkan, niat awal bersepeda adalah untuk menjaga kebugaran tubuh. Sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu dipaksakan. Apalagi jika kondisi badan sedang tidak fit.

"Beda kalau kita masih muda. Untuk jalur prestasi digenjot kan bisa. Nah kalau sekarang kan lebih ke kesehatan dan refreshing aja," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo ini.

Menurut Aris, gowes yang aman saat pandemi seperti ini adalah mentaati protokol kesehatan seperti menggunakan masker. sarung tangan serta helm. Kemudian mencari lokasi yang aman, dann tidak di zona merah Covid-19. Pegowes juga tidak diperkenankan berkerumun serta harus jaga jarak dua meter lebih.

Senada disampaikan Eko Suratman, pegiat sepeda yang tergabung dalam Komunitas Goweser Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kulonprogo. Menurut Eko, kejadian di Kalibawang, bukan kali pertama terjadi. Jauh sebelum ada pandemi, kejadian seperti itu sering terjadi. Hal itu biasanya disebabkan karena pegowes tidak mengontrol diri.

"Apalagi ketika gowes bareng rombongan, kadang tak bisa kontrol emosi. Pengen menunjukkan kemampuan paling cepat lah, paling di depan lah. Padahal itu tidak baik," ucapnya.

Mestinya, lanjut Eko, sebagai penggowes sudah hapal kemampuannya. Tidak memaksakan diri karena seyogyanya bersepeda adalah untuk mencari kesehatan. Jika kondisi tidak fit, alangkah baiknya tidak dipaksakan. Cari olahraga lain yang lebih ringan, sembari menunggu tubuh sehat kembali.

Eko mengimbau, para goweser untuk lebih berhati-hati. Jika punya keluhan penyakit, semisal jantung, jangan coba-coba menjajal jalur ekstrim, seperti tanjakan. Sebab asupan oksigen sangat berpengaruh ketika bergowes di tanjakan. Jika tak ada persiapan yang matang, bukan tidak mungkin bakal celaka di jalan.

"Tapi itu ke semua kembali ke pribadi masing-masing. Niatkan bahwa olahraga ini untuk mencari kesehatan, bukan menunjukkan siapa yang terhebat," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang goweser asal Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Aloisius Sumarjono, 46, meninggal dunia usai terjatuh dari sepeda lipat saat tengah menanjak di jalan Sentolo-Muntilan, Dusun Sanggrahan, Kalurahan Banjarharjo, Kapanewon Kalibawang, Kulonprogo, Minggu (14/6/2020).

Aloisius diketahui berangkat gowes seorang diri dari Kasihan, Bantul. Tujuannya hendak ke wilayah Duwet, Kalibawang. Namun di tengah perjalanan, Alosius harus meregang nyawa dengan cara seperti itu. Adapun korban ditemukan meninggal dunia di jalan Sentolo-Muntilan yang merupakan jalan tanjakan sekitar pukul 10.20 WIB. Detik-detik meninggalnya pria asal Bantul ini diketahui oleh Heri Darmawan, Panewu Kalibawang.

Saat kejadian, Heri tengah melaju dari selatan menuju utara menggunakan mobilnya. Sesampainya di lokasi kejadian, ia melihat Alosius terjatuh dari sepeda lipat berwarna kuning. Sepeda terjatuh di tepi jalan, sementara Alosius tersungkur hingga masuk ke parit.

Melihat kejadian tersebut, Heri lantas menghentikan kendarannya dan berupaya menolong korban. Disusul beberapa warga sekitar yang juga hendak melakukan pertolongan. Alosius kemudian dibawa ke Rumah Sakit Santo Yusup Boro Kalibawang.

Di sana dilakukan pemeriksaaan oleh petugas medis dan diketahui Alosius telah meninggal dunia. Karena di tubuh Aloisius tidak ditemukan hal mencurigakan, seusai diperiksa di Rumah Sakit, korban kemudian diambil keluarganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Dinkes DIY Mewaspadai Sebaran Flu Singapura

Dinkes DIY Mewaspadai Sebaran Flu Singapura

Jogjapolitan | 37 minutes ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Badan Geologi Menyebut Ketinggian Tsunami Akibat Erupsi Gunung Ruang Diprediksi hingga 25 Meter

News
| Kamis, 18 April 2024, 12:57 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement