Advertisement
Pelaku Wisata Lereng Merapi Siapkan Mitigasi

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Peningkatan aktivitas Gunung Merapi beberapa waktu terakhir membuat sejumlah pihak bersiap. Tak hanya warga di lereng gunung, pelaku wisata di sana juga harus waspada dan memahami mitigasi bencana.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman, Sudarningsih menuturkan mitigasi bencana di kawasan wisata terutama di lereng Merapi sudah disiapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman. Salah satunya dengan aplikasi 'Jarak Aku dan Merapi' yang diluncurkan tahun lalu.
Advertisement
BACA JUGA: TelkomClick 2023: Kesiapan Kerja Karyawan dalam Sukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
BACA JUGA : BPPTKG Sebut Terjadi Guguran Gunung Merapi
"Yang belum kaitannya dengan new normal. Pembaharuan nanti dari BPBD, kami [Dispar] akan menambah rambu dan mungkin saja memperpendek rute jeep," kata Sudarningsih pada Kamis (16/7/2020).
Menurutnya, di kawasan rawan bencana (KRB) Merapi, wisata yang diperbolehkan merupakan wisata dengan minat khusus, seperti Jeep Lava Tour. "Yang wisata menetap tidak ada," tegasnya.
Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat, Dardiri membenarkan adanya rencana pemendekan rute jeep yang disampaikan Sudarningsih. Menurutnya, hal itu penting dilakukan supaya perjalanan yang dilakukan wisatawan dengan jip tidak mendekati zona rawan bencana.
BACA JUGA : Mak Keti, "Rektor Universitas Merapi" Rela Tinggal Sendiri di
"Seandainya dinaikkan lagi levelnya [Gunung Merapi] kita siap, nggak dekat zona rawan. Paling jeep kita muter di bawah saja. Kalau biasanya sampai bunker, jadi nggak sampai bunker," kata Dardiri.
Hal itu akan mempengaruhi paket wisata yang ditawarkan oleh pemandu. Jika tadinya ada paket long trip yang dengan rute jip sampai Bunker Kaliadem, maka pihaknya akan mengarahkan wisatawan untuk memilih paket medium trip atau short trip yang rutenya terbilang lebih pendek sehingga tidak mendekati Merapi.
Diakuinya saat ini pelaku wisata di lereng Merapi harus berhadapan dengan dua situasi yang memerlukan adaptasi, yaitu pandemi Covid-19 serta peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Untuk itu, asosiasinya juga mewajibkan bagi pemandu wisata untuk membawa HT (handy talky) selama memandu wisata dengan jip.
"Sesuai SOP kita dengan adanya Covid dan Merapi yang juga harus ada pantauannya, paling tidak semua pemandu harus bawa HT karena di sini sinyal susah, jadi untuk bisa komunikasi langsung ya dengan HT," terangnya.
Setiap pemandu wisata saat ini ia wajibkan membawa HT untuk mengantisipasi seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan pandemi ini dan aktivitas Merapi. "Alam tidak bisa kita prediksi, dengan adanya HT itu kita bisa komunikasi langsung," kata Dardiri.
BACA JUGA: Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Angin Kencang di Wilayah Bantul, 5 Kapanewon Terdampak
- Pemkab Gunungkidul Pastikan ADD untuk Kalurahan Tidak Dipangkas
- GKR Hemas Ajak Perempuan Muslim Mengamalkan Pancasila
- Waspada Cuaca Ekstrem Empat Hari ke Depan, Hujan Tidak Lama tapi Anginnya Merusak
- Tak Bayar Uang Pengganti, Mantan Lurah Getas Gunungkidul Bisa Dihukum Lebih Lama
Advertisement
Advertisement