Advertisement

Karawitan Dituntut Adaptif dengan Perkembangan Teknologi

Lugas Subarkah
Jum'at, 28 Agustus 2020 - 06:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
Karawitan Dituntut Adaptif dengan Perkembangan Teknologi rnPelaku seni karawitan, Pardiman Djoyonegoro (tiga dari kiri), memberi paparan dalam Temu Seniman dan Budayawan DIY 2020 di Taman Budaya Yogyakarta, Kecamatan Gondomanan, Kamis (27/8/2020).-Harian Jogja - Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Menjadi tantangan tersendiri bagi dunia karawitan yang dituntut semakin adaptif dalam dunia yang semakin terdigitalisasi ditambah dengan situasi pandemi Covid-19.

Hal itu menjadi pokok pembicaraan dalam Temu Seniman dan Budayawan DIY 2020 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kecamatan Gondomanan, Kamis (27/8/2020).

Advertisement

Sebanyak tiga pembicara dihadirkan untuk memantik diskusi dalam kegiatan ini, meliputi Dosen Karawitan Institut Seni Indonesia Anom Suneko, Dosen karawitan ISI Bayu Wijayanto dan pelaku seni karawitan, Pardiman Djoyonegoro.

Peserta diskusi terbatas dan menerapkan protokol kesehatan dengan mendaftarkan data diri, wajib memakai masker dan menempati kursi yang sudah ditentukan.

Anom menjelaskan pandemi Covid-19 memukul semua bidang kesenian tak terkecuali karawitan. Meski demikian, ia berharap pelaku karawitan untuk tidak diam begitu saja. “Kalau karawitan keterjang Covid-19 diam, ya tidak jadi. Gagal,” ujarnya, kemarin.

Pandemi Covid-19 bisa menjadi momentum yang tepat bagi dunia karawitan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, yang memungkinkan bertemunya pengrawit dengan penonton tanpa bertatap muka langsung. Penyesuaian ini jika tanpa Covid-19, mungkin baru akan terpikirkan lima atau 10 tahun mendatang.

Hal ini menjadi peluang bagi karawitan untuk dapat lebih diterima oleh generasi muda. Menjadi tugas semua untuk menghubungkan karawitan sekarang, besok dan ke depan. “Sudah saatnya karawitan tidak hanya waton mlaku. Memang harus berkembang. Harus membuat gamelan menjadi pilihan bagi generasi muda,” ungkap Anom.

Kendati demikian, karawitan tetap harus memperhatikan esensi agar tidak sembarang menarik perhatian generasi muda. Karawitan memiliki cara tersendiri untuk dinikmati, tidak seperti kebanyakan konten youtube. Hal ini lah yang menjadi tantangan lintas disiplin bagaimana karawitan bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman namun tetap bisa dinikmati.

Pardinam menuturkan pandemic Covid-19 menjadi peluang bagi pelaku seni karawitan untuk tidak menyerah. Di samping menjaga kesehatan, pelaku seni karawitan juga harus tetap berkarya dengan berbagai penyesuaian.

Melalui media daring, karawitan justru bisa lebih jauh mempersatukan para seniman karawitan di berbagai daerah dan berbagai generasi. “Semoga tetap sehat, Covid-19 menjadi peluang untuk kita agar tidak menyerah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement