Advertisement
Harga Cabai dan Minyak Goreng di Bantul Terus Naik

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL - Harga sejumlah bahan pokok merangkak harga di pertangahan Oktober ini. Cabai dan minyak goreng jadi komoditas yang harganya bertambah.
Kepala Seksi Distribusi dan Harga Barang Kebutuhan Pokok, Dinas Perdagangan Bantul, Zuhriyatun Nur Handayani menyebutkan kenaikan paling kentara muncul dari komoditas minyak goreng. Harga minyak goreng perlahan merangkak naik sejak hampir setahun ini.
Advertisement
"Minyak goreng rata-rata di pasar sekarang sudah Rp16.000 per liter. Naik sedikit-sedikit tidak terasa, dulu sekitar Rp12.000-13.000 per liter. Sudah lama sejak satu tahunan, tetapi sedikit-sedikit naiknya," kata perempuan yang akrab disapa Nani tersebut pada Selasa (19/10/2021).
Menurut Nani, kenaikan harga minyak dapat terjadi karena adanya wacana kebijakan penggunaan minyak goreng yang wajib kemasan. "Jadi nanti rencana ke depan sudah tidak ada lagi minyak goreng curah. Di samping itu juga karena harga minyak dunia sedang tinggi," jelasnya.
Selain minyak goreng, salah satu komoditas holtikultura utama masyarakat yakni cabai juga mengalami kenaikan harga. Sempat jatuh di kisaran harga Rp12.000 per kilogram, dua pekan terakhir perasa pedas masakan ini naik dua kali lipat harganya.
"Cabai sudah tinggi harganya, sekitar di atas Rp25.000-30.000 per kilogram. Sebelumnya sempat sampai hanya Rp12.000 - Rp13.000 per kilogram, kemarin sempat turun sekarang sudah naik lagi dua minggunan ini lah," tuturnya.
Alasan kenaikan harga cabai diprediksi Nani karena mulai mengeliatnya permintaan cabai. Meski hajatan masih dibatasi, pemesanan dari hajatan mulai ada dan warung-warung kuliner juga mulai pulih. "Mau musim penghujan pengaruh juga karena produksinya cabai jadi tidak terlalu banyak," ungkapnya.
Kenaikan harga cabai dan minyak goreng berbanding terbalik pada telur. Sudah sejak beberapa waktu lalu harga turun anjlok dan belum bisa kembali ke harga normalnya. "Telur itu sempat turun, sekarang Rp18.000 sampai Rp19.000 per kilogram. Padahal kalau normal rata-rata di atas Rp20.000 per kilogram," tuturnya.
"Karena produksinya [telur] kan banyak ya. Sementara kemarin karena mungkin imbas PPKM, banyak aktivitas ekonomi yang sedikit terhambat. Jadi hukum ekonomi yang berlaku lah, permintaan berkurang sementara produksi banyak melimpah jadi kan harganya juga turun," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Bea Cukai Jawa Tengah dan DIY Gagalkan Penyelundupan Sabu-Sabu Cair
- Pemkot Jogja Alihkan Pengelolaan Cadangan Beras dari PT Taru Martani ke Foodstation XT Square
- Wiyos Santoso, Ni Made dan Aris Eko Masuk Tiga Besar Kandidat Sekda DIY
- Prestasi ORI DIY, Selesaikan 177 Laporan Selama Semester I 2025, Paling Banyak Soal Isu Pendidikan
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
Advertisement
Advertisement