Advertisement

Perjalanan Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta

Media Digital
Selasa, 09 November 2021 - 17:57 WIB
Bhekti Suryani
Perjalanan Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta Perpustakaan TBY - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Bila anda berkeliling di kompleks Taman Budaya Yogyakarta atau yang dikenal dengan TBY, di pojok barat ada sebuah gedung yang biasanya digunakan untuk kegiatan pementasan in door bernama Gedung Societet.

Sementara bila anda melihat ke arah barat, di pojok barat laut menghadap timur akan tampak sebuah gedung bangunan baru. Gedung yang tampak mencolok sebab bergaya minimalis, berbeda dengan gedung-gedung lain yang bergaya Indis.

Advertisement

Inilah gedung Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta karya arsitek Ir. Eko Prawoto, M.Arch yang telah berdiri sejak tahun 2007. Penggagas gedung perpustakaan ini adalah Ibu Dra. Dyan Anggraini Rais yang merupakan Kepala Taman Budaya Yogyakarta periode tahun 2004-2011.

Dahulunya, perpustakaan ini menempati sebuah ruangan kecil di Loby Societed bagian selatan. Di dalamnya tersimpan berbagai buku bacaan, laporan kegiatan, kliping kora, juga foto kegiatan seni di Taman Budaya Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, jumlah koleksi buku dan laporan bertambah banyak sehingga membuat ruang perpustakaan di Loby Societed ini terasa semakin sempit.

Akhirnya Ibu Dyan (sebutan akrab untuk Kepala TBY saat itu) memiliki inisiatif untuk membangun gedung perpustakaan yang baru. Menyesuaikan ketersediaan lahan, kemudian dibangunlah gedung perpustakaan berlantai dua di pojok barat laut kompleks TBY ini.

Pembangunan Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta seluas 104 m2 ini bertujuan agar mampu menampung koleksi yang nantinya terus bertambah sejalan dengan berkembangnya berbagai kegiatan yang dilaksanakan di Taman Budaya maupun di Yogyakarta.

Tujuan lainnya, untuk menjadikan Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta sebagai tempat belajar sepanjang hayat yang mampu mengembangakan potensi masyarakat serta mampu menjadi pusat pelestarian kekayaan budaya. Tujuan ini selaras dengan visi Taman Budaya Yogyakarta sebagai “Window of Yogyakarta”. dengan harapan perpustakaan ini juga menjadi jendela informasi melalui koleksi-koleksi pustaka dan aktivitasnya.

Dalam perjalanannya, sejak diinisiasi pertama kali oleh Ibu Dyan hingga saat ini, berbagai pasang surut dialami oleh Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta. Perpustakaan ini sempat mengalami mati suri selama tiga tahun terakhir.

Hal ini karena situasi purna tugasnya petugas perpustakaan dan tidak adanya regenerasi. Hingga akhirnya, atas kebijaksanaan Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Bapak Drs. Diah Tutuko Suryandaru, turun mandat untuk mendelegasikan tugas pengelolaan perpustakaan kepada penulis.

Penunjukan ini bersamaan dengan dibukanya formasi Impasing jabatan fungsional Pustakawan. Gayung bersambut, pada akhirnya penulis beralih tugas secara resmi menjadi seorang pustakawan agar lebih maksimal dalam mengembangkan dan mengelola perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta yang terakreditasi.

Berbekal pengalaman sebagai pustakawan tersertifikasi di Perpustakaan Taman Budaya Jawa Tengah, penulis mulai mengelola Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta ini. Meski melalui proses yang bisa dikatakan tidak mudah, namun pada bulan April tahun 2021 penulis dilantik secara resmi menjadi Pustakawan Muda dengan keputusan Gubernur daerah Istimewa Yogyakarta No 086/Pem.D/UP/D.4 tanggal 31 Maret 2021 diangakat dalam jabatan Pustakawan Ahli Muda pada Taman Budaya YogyakartaDinas Kebudayaan (Kudha Kabudayan) DIY.

Kini, Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta kembali bergeliat. Denyut layanan sirkulasi kembali dibuka untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang sudah sekian lama tidak berkunjung. Sekitar 8.284 buah buku dan 5.313 judul koleksi siap menyambut untuk dibaca. Koleksi-koleksi tersebut terdiri dari buku-buku budaya, majalah seni, jurnal seni, naskah drama/teater/kethoprak, filsafat, psikologi, agama, ilmu sosial, bahasa dan sastra, teknologi, olahraga, geografi, dan sejarah.

Kesemuanya tersimpan di lantai bawah gedung perpustakaan. Sementara itu, di lantai atas tersimpan berbagai koleksi audio visual kegiatan Taman Budaya Yogyakarta, di ruang ini pemustaka juga bisa menikmati koleksi karya Film Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Semua koleksi ini telah terkatalogisasi ke dalam SLiMS.

SLiMS atau Senayan Library Management System merupakan sistem automasi perpustakaan sumber terbuka (open source) berbasis web yang dikembangkan oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Penggunaan sistem ini akan mempermudah para pemustaka yang ingin melakukan eksplorasi pada koleksi Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta.

Perlu pula penulis informasikan bahwa berbagai koleksi perpustakaan ini hanya untuk dibaca di tempat saja, pemustaka tidak diperkenankan meminjam atau membawa pulang koleksi. Di samping itu, sebagai bentuk apresiasi terhadap hak cipta, pengelola juga tidak mengizinkan pemustaka untuk memperbanyak atau memfotokopi koleksi.

Namun pemustaka tidak perlu khawatir untuk menghabiskan waktu lama di perpustakaan ini. Sebab salah satu langkah progresif yang dilakukan penulis dalam mengelola perpustakaan ini adalah dengan menata ruang sesuai standar perpustakaan ideal. Baik itu ruang penyimpanan koleksi maupun ruang baca bagi pengunjung. Sehingga para pemustaka dapat merasa nyaman saat berkunjung maupun saat memanfaatkan sumber pustaka yang ada di perpustakaan ini.

Ke depannya, penulis sekaligus sebagai pengelola perpustakaan menggantungkan harapan besar agar perpustakaan ini semakin berkembang dan memenuhi dharmanya sebagai jendela informasi seni di Yogyakarta. Diantaranya dengan penambahan koleksi dan pengadaan kartu anggota bagi para pemustaka. Juga diharapkan adanya proses digitalisasi koleksi selayaknya Ipusnas sehingga koleksi bisa diakses oleh masyarakat secara lebih luas.

Harapan lainnya, suatu saat nanti akan ada integrasi dari perpustakaan-perpustakaan di bawah naungan Dinas Kebudayaan Provinsi DIY sehingga pengelolaan lebih solid dan koleksi menjadi semakin komplit.

Serta adanya berbagai kegiatan pendukung yang dikemas dalam kegiatan misalnya pameran, bedah buku, atau diskusi yang menunjang keberadaan perpustakaan sebagai pusat informasi.

Ditulis oleh : Endrawati Kusumo Lukitosari, S.sen
Pustakawan Ahli Muda
Perpustakaan Taman Budaya Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting

News
| Kamis, 25 April 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement