Advertisement
Pembangunan Fisik Harus Diselaraskan dengan Potensi Desa

Advertisement
JOGJA-DPRD Bantul mendorong agar pembangunan fisik di masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu caranya, pembangunan infrastruktur harus selaras dengan upaya untuk pemaksimalan potensi desa.
Anggota Komisi C DPRD Bantul, Suratman menilai pembangunan infrastruktur sewajarnya sejalan dengan pembangunan ekonomi. Suratman menilai dalam tahap perancangan program pembangunan fisik, pemerintah harus memperhatikan aspek potensi desa seperti potensi wisata atau pun kerajinan.
Advertisement
"Bagaimana pembangunan fisik harus jalan tetapi mendukung potensi desa. Membangun gapura atau tugu itu yang sesuai dengan budaya Jogja," ujarnya pada Minggu (5/12/2021).
"Misalnya bikin gapura, buat gapura itu yang cantik, yang indah. Sehingga orang ketika memandang mereka pengin foto. Karena sekarang ini masyarakat suka foto, suka selfie.”.
Suratman mencontohkan salah satu tugu di Banyusumurup yang dikenal dengan desa pengrajin keris. Pembangunan Tugu di Banyusumurup pun disesuaikan dengan potensi di desa itu yakni kerajinan keris. Akhirnya tugu keris pun dibangun menjadi daya tarik masyarakat.
"Tugu keris itu contoh bagaimana pembangunan fisik ada nilai seni budayanya. Ketika Jumat, Sabtu Minggu untuk wisata, rekreasi atau sepeda, mesti mampir dan foto di situ. Karena melihat cantiknya tugu itu. Seperti itu pembangunan, jangan sekadar menghabiskan anggaran," tuturnya.
Saat ada wisatawan foto, maka foto itu kemungkinan besar akan disebar di medsos. Dampaknya potensi daerah makin dikenal dari promosi para pengunjung itu sendiri. "Selfie itu tidak hanya disimpan, tetapi akan diunggah di medsos dan makin dikenal warga, dan menjadi daya tarik warga lain untuk datang ke desa tersebut," tambahnya.
Suratman telah menyampaikan usulan pembangunan yang selaras dengan potensi desa kepada Bappeda Bantul. "Mari kita bikin tugu atau gapura ya yang ada nilai-nilai budayanya, ada nilai seninya. Karena itu akan menjadi ketertarikan sendiri
Selain indah, anggaran untuk pembangunan tugu juga relatif kecil bila dibanding dengan dampak yang akan diterima desa. Suratman menaksir satu tugu menghasilkan anggaran sekitar Rp100 juta. "Tugu itu juga adalah satu ikon untuk menamakan daerah setempat. Misalkan Kasongan ada tugu Kasongan. Ada tugu keris, walaupun tidak ada kios-kios di situ, sudah memunculkan kekhasan daerah di situ," tegasnya.
"Sekarang membangun jangan asal membangun, tetapi ada arah tujuannya. Ketika membangun satu jalan itu untuk apa. Selain untuk orang lewat, tetapi juga untuk perkembangan ekonomi dan sebagainya. Kadang orang membangun tujuannya hanya agar bisa lebih mudah dilalui. Tetapi arah ke depannya itu harus kita pikirkan," kata dia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Donald Trump Sebut India dan Pakistan Sepakat Gencatan Senjata karena Mediasi Amerika Serikat
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Kepengurusan Baru, Fasi Aeromodelling Sleman Targetkan Emas di Porda DIY 2025
- Jadwal Perpanjangan SIM di Kulonprogo, Sabtu 10 Mei 2025
- Puluhan Pekerja di Bantul Kena PHK di Awal 2025, Disnakertrans Sebut Terpengaruh Kebijakan Trump
- Jadwal Perpanjangan SIM Keliling di Sleman, Sabtu 10 Mei 2025
- Dikpora dan Dinkes Kulonprogo Bersinergi Awasi MBG Aman dari Keracunan
Advertisement