Advertisement

Jumlah Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Naik, Kebanyakan karena Depresi

David Kurniawan
Minggu, 02 Januari 2022 - 21:27 WIB
Budi Cahyana
Jumlah Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Naik, Kebanyakan karena Depresi Ilustrasi kematian - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Polres Gunungkidul mencatat 28 kasus bunuh diri pada 2021. Jumlah ini naik dibandingkan dengan 2020 kala kasus bunuh diri berjumlah 26.

Kapolres Gunungkidul AKBP Aditya Galayudha Ferdiansyah mengatakan fenomena bunuh diri terus terjadi setiap tahun di Gunungkidul. Ia mengaku prihatin karena jumlah kasus cenderung meningkat di 2021.

Advertisement

BACA JUGA: Satu Hari, Lebih dari 40.000 Wisatawan Kunjungi Bantul

Dia menjelaskan, dari 38 kasus didominasi gantung diri sebanyak 37 kasus. sedangkan satu kasus bunuh diri dengan cara minum racun. “Memang kasus gantung diri terus mendominasi setiap tahunnya,” kata Adit kepada wartawan, Minggu (2/1/2021).

Adit menambahkan ada komitmen dari kepolisian untuk membantu Pemkab Gunungkidul dalam upaya pencegahan bunuh diri. Salah satunya dengan mengoptimalkan peran polwan. Salah satu programnya dengan memberikan kepedulian kepada orang lanjut usia. “Akan dilakukan kunjungan dengan menyapa serta memberikan bantuan sosial,” kata Kapolres.

Menurut dia, perhatian kepada warga lansia sebagai upaya pencegahan. Sebab kebanyakan bunuh diri dilakukan oleh warga yang berusia telah lanjut. “Selain itu juga ada layanan pemeriksaan kesehatan. Mudah-mudahan dengan berbagai cara ini, maka kasus bunuh diri dapat ditekan,” katanya.

Selain itu, upaya pencegahan juga melibatkan seluruh anggota bhabinkamtibmas di seluruh kalurahan di Gunungkidul. “Kami akan terus sosialisasikan untuk lebih peduli ke warga yang masuk kelompok rentan agar ada kesadaran bersama dalam upaya pencegahan,” katanya.

BACA JUGA: Satu-satunya di Indonesia, Naik Gondola di Gunungkidul Sambil Ngopi Melihat Samudra Hindia

Psikiater RSUD Wonosari, Ida Rochmawati mengatakan, bunuh diri terjadi karena beberapa faktor, mulai dari psikologis, sosial dan budaya serta faktor risiko lainnya. “Tidak hanya karena satu masalah, tapi memang kompleks sehingga terjadi kasus bunuh diri,” katanya.

Menurut Ida naiknya kasus bunuh diri menjadi tantangan bersama untuk dicegah. “Harus bahu membahu mulai dari pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat sehingga hasilnya bisa lebih dimaksimalkan,” katanya.

Ida memaparkan, kasus bunuh diri paling banyak disebabkan karena depresi sebanyak 43%. Adapun faktor lain yang menjadi pencetus, di antaranya adalah sakit fisik menahun 26%, tidak ada keterangan 16%, gangguan jiwa berat 6%, masalah keluarga 4% dan masalah ekonomi sebanyak 5%.

***Jika Anda, sahabat, atau kerabat memiliki kecenderungan bunuh diri, segera hubungi dokter kesehatan jiwa di puskesmas, rumah sakit terdekat, atau Halo Kemenkes dengan nomor telepon 1500567.

Anda juga dapat mencari informasi mengenai depresi dan kesehatan jiwa dengan mengontak sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti LSM Into The Light melalui intothelightid.org dan Yayasan Pulih pada laman yayasanpulih.org.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jamaika Resmi Mengakui Kedaulatan Palestina

News
| Kamis, 25 April 2024, 10:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement