Advertisement
Jumlah Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Naik, Kebanyakan karena Depresi
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Polres Gunungkidul mencatat 28 kasus bunuh diri pada 2021. Jumlah ini naik dibandingkan dengan 2020 kala kasus bunuh diri berjumlah 26.
Kapolres Gunungkidul AKBP Aditya Galayudha Ferdiansyah mengatakan fenomena bunuh diri terus terjadi setiap tahun di Gunungkidul. Ia mengaku prihatin karena jumlah kasus cenderung meningkat di 2021.
Advertisement
BACA JUGA: Satu Hari, Lebih dari 40.000 Wisatawan Kunjungi Bantul
Dia menjelaskan, dari 38 kasus didominasi gantung diri sebanyak 37 kasus. sedangkan satu kasus bunuh diri dengan cara minum racun. “Memang kasus gantung diri terus mendominasi setiap tahunnya,” kata Adit kepada wartawan, Minggu (2/1/2021).
Adit menambahkan ada komitmen dari kepolisian untuk membantu Pemkab Gunungkidul dalam upaya pencegahan bunuh diri. Salah satunya dengan mengoptimalkan peran polwan. Salah satu programnya dengan memberikan kepedulian kepada orang lanjut usia. “Akan dilakukan kunjungan dengan menyapa serta memberikan bantuan sosial,” kata Kapolres.
Menurut dia, perhatian kepada warga lansia sebagai upaya pencegahan. Sebab kebanyakan bunuh diri dilakukan oleh warga yang berusia telah lanjut. “Selain itu juga ada layanan pemeriksaan kesehatan. Mudah-mudahan dengan berbagai cara ini, maka kasus bunuh diri dapat ditekan,” katanya.
Selain itu, upaya pencegahan juga melibatkan seluruh anggota bhabinkamtibmas di seluruh kalurahan di Gunungkidul. “Kami akan terus sosialisasikan untuk lebih peduli ke warga yang masuk kelompok rentan agar ada kesadaran bersama dalam upaya pencegahan,” katanya.
BACA JUGA: Satu-satunya di Indonesia, Naik Gondola di Gunungkidul Sambil Ngopi Melihat Samudra Hindia
Psikiater RSUD Wonosari, Ida Rochmawati mengatakan, bunuh diri terjadi karena beberapa faktor, mulai dari psikologis, sosial dan budaya serta faktor risiko lainnya. “Tidak hanya karena satu masalah, tapi memang kompleks sehingga terjadi kasus bunuh diri,” katanya.
Menurut Ida naiknya kasus bunuh diri menjadi tantangan bersama untuk dicegah. “Harus bahu membahu mulai dari pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat sehingga hasilnya bisa lebih dimaksimalkan,” katanya.
Ida memaparkan, kasus bunuh diri paling banyak disebabkan karena depresi sebanyak 43%. Adapun faktor lain yang menjadi pencetus, di antaranya adalah sakit fisik menahun 26%, tidak ada keterangan 16%, gangguan jiwa berat 6%, masalah keluarga 4% dan masalah ekonomi sebanyak 5%.
***Jika Anda, sahabat, atau kerabat memiliki kecenderungan bunuh diri, segera hubungi dokter kesehatan jiwa di puskesmas, rumah sakit terdekat, atau Halo Kemenkes dengan nomor telepon 1500567.
Anda juga dapat mencari informasi mengenai depresi dan kesehatan jiwa dengan mengontak sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti LSM Into The Light melalui intothelightid.org dan Yayasan Pulih pada laman yayasanpulih.org.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Presiden Gelisah Banyak Siswa Tak Terima Jatah MBG, BGN: Idealnya Butuh Rp100 Triliun
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- Kementan Minta Pemkab Sleman Kerja Sama dengan SPPG dalam Penyediaan Susu
- DPRD Kulonprogo Sarankan Penggunaan Danais Harus Tepat Sasaran
- Pemkab Kulonprogo Pastikan Dana Keistimewaan untuk Proyek Infrastruktur dan Budaya
- DPRD Kota Jogja Targetkan Raperda Pengendalian Mihol Rampung Triwulan Pertama Tahun Ini
- Jadwal KA Bandara YIA Express Keberangkatan Hari Ini, Jumat 17 Januari 2025
Advertisement
Advertisement