Advertisement

Promo November

Klithih Merajalela di Jogja, Ini Saran Gus Hilmy

Sirojul Khafid
Senin, 03 Januari 2022 - 20:07 WIB
Bhekti Suryani
Klithih Merajalela di Jogja, Ini Saran Gus Hilmy Gus Hilmy (kiri). - Harian Jogja/Abdul Hamid Razak

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Maraknya kejadian klithih di DIY bisa jadi berasal dari internal keluarga yang berperan kurang maksimal. Menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) DIY, Hilmy Muhammad, permasalahan ini bisa berawal dari hubungan keluarga yang kurang harmonis, atau orang tua yang belum bisa menjadi tauladan yang baik.

Seluruh pihak perlu bergerak bersama mengatasi masalah ini. “Kalau dalam bahasa agama istilahnya fardlu. Dengan cara ini kita bisa membuat generasi kita lebih baik. Tidak ada cara untuk memperbaiki keluarga kecuali menanamkan kepada anak, pasangan, dan anggota keluarga kita untuk menjadi contoh atau panutan yang baik,” kata Gus Hilmy, panggilan akrabnya dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/1/2021).

Advertisement

Agar bisa menjadi panutan, orang tua perlu memiliki sifat integritas yang tercermin dalam kejujuran, komitmen, dan amanah. Sebagai salah satu upaya mengatasi masalah klitih, Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) DIY mengadakan seminar bertajuk Penguatan Institusi Keluarga sebagai Langkah Awal Mencapai Masyarakat Jogja yang Tangguh di Gedung DPD RI DIY, Minggu (2/1/2022).

Wakil Ketua PWNU DIY, Fahmi Akbar Idries, mengatakan persoalan kriminalitas dan kekerasan yang sering terjadi Indonesia berakar dari keluarga. Hal ini menjadi tantangan bagi LKKNU.

“Tantangannya kemudian adalah pendidikan, komunikasi, dan transformasi. Bagaimana pendidikan dalam sebuah keluarga terpenuhi, bagaimana pola komunikasi di dalam keluarga, dan bagaimana LKKNU mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran kepesantrenan dalam bahasa yang lugas dan mudah diterima masyarakat,” kata Fahmi.

Tim Perumus Konsep Keluarga Maslahah PB LKKNU, Alissa Wahid menyampaikan konsep Keluarga Maslahah An-Nahdliyyah (KMA) yang telah disusun oleh Perumus Konsep Keluarga Maslahah PB LKKNU. Layaknya sebuah bangunan rumah, keluarga maslahah harus memiliki pondasi, pilar, atap, dan kemudian mengisinya dengan suasana yang baik.

“Pondasinya adalah prinsip keadilan (mu’adalah), kesalingan (mubadalah), dan keseimbangan (muwazanah),” kata Alissa yang juga Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian.

BACA JUGA: Petugas PPKM Gadungan di Bantul Dituntut 18 Bulan Penjara

Di bagian pilar rumah keluarga maslahah, perlu adanya perspektif zawaj (sejajar), mitsaqon gholidhon (komitmen), mu’asyarah bil ma’ruf (hubungan yang baik), musyawarah, dan taradlin (keridhaan). Sementara dari sisi atapnya, harus diisi dengan ragam perspektif dan kemaslahatan. Setelah bangunan itu terwujud utuh, maka suasana yang dibangun adalah sakinah, mawaddah, warahmah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri

News
| Sabtu, 23 November 2024, 02:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement