Advertisement

Mengenal Ermawati, dari TKI Kini Jadi Pejuang Literasi Gunungkidul

Lajeng Padmaratri
Senin, 14 Februari 2022 - 10:27 WIB
Arief Junianto
Mengenal Ermawati, dari TKI Kini Jadi Pejuang Literasi Gunungkidul Mell Shaliha (tengah) berfoto bersama anak-anak anggota Komunitas Literasi Anak Singkong (Kolitas). - Istimewa/Dok. Pribadi

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL--Pembaca novel remaja mungkin tak asing dengan novel karya Mell Shaliha. Namun, tak hanya menulis novel, perempuan asal Gunungkidul ini juga mendampingi anak-anak desa dalam kegiatan literasi.

Tak hanya dikenal sebagai penulis, perempuan kelahiran 1984 ini juga diketahui aktif di bidang literasi. Di daerah asalnya di Plembutan, Kapanewon Playen, Gunungkidul, perempuan dengan nama asli Ermawati itu mendirikan sebuah rumah baca bagi anak-anak setempat. Sementara Mell Shaliha ia gunakan sebagai nama pena.

Advertisement

Selain itu, pengajar di salah satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini juga terlibat dalam edukasi literasi bersama sejumlah instansi di Gunungkidul berkat pencapaiannya sebagai Runner Up Duta Baca DIY 2020-2023.

Semua itu bermula dari kecintaannya pada dunia literasi. Sejak kecil ia gemar membaca buku. Namun, keterbatasan ekonomi membuatnya tak bisa leluasa memperoleh akses ke buku-buku bacaan.

"Saya baru banyak membaca buku itu ketika sudah bekerja sebagai tenaga kerja di Hongkong. Karena sudah punya penghasilan sendiri, saya beli buku-buku yang semasa kecil tidak bisa saya dapatkan," kata Mell kepada Harianjogja.com, Jumat (4/2/2022).

Dia lalu terbang ke Hongkong pada 2004. Di sana, dia bekerja sebagai pegawai rumah tangga di salah satu warga Hongkong. Di sela-sela pekerjaannya yang padat, dia tetap menyempatkan waktunya untuk membaca buku.

Pertemuannya dengan sebuah komunitas menulis di sana pun mengubah hidupnya. Tak hanya membaca buku, dia pun biasa ikut lokakarya kepenulisan. Di komunitas itu, dia berjumpa dengan banyak penulis kenamaan dari Indonesia yang sering diundang untuk mengisi acara di sana.

Sejak itu, Mell pun memiliki keinginan untuk bisa menulis buku seperti mereka dan menjadi novelis terkenal.

Mell pun menyempatkan waktunya untuk menulis usai pekerjaannya selesai. Setiap hari, dia baru bisa menulis lewat tengah malam. "Saya juga sempat ditawari oleh salah satu media massa di sana untuk menjadi kontributor penulis. Selama beberapa tahun saya mengirim tulisan hasil liputan ke media itu di sela-sela pekerjaan saya ikut employer," ujarnya.

Sayangnya, pada 2010 dia jatuh sakit. Kondisi itu memaksanya pulang ke Indonesia untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Meski tak bisa lagi berproses bersama komunitas menulis di Hongkong, tetapi Mell tetap aktif menulis sepulangnya ke Tanah Air.

Kepulangannya ke Indonesia membuatnya bisa menerbitkan novel yang sudah ditulisnya selama di Hongkong. Novel pertamanya berjudul Xie-Xie Ni De Ai diterbitkan Penerbit Divapress pada 2010 dan terjual lebih dari 7.000 eksemplar. "Sekarang sudah menulis 10 novel solo dan satu novel duet. Selain itu, sedang mencoba banyak menulis cerpen ke media massa di Indonesia," kata dia.

Bisa Dibiasakan

Setelah menikah, Mell mengisi waktunya menjadi pengajar PAUD di desanya. Di rumah, ia juga mendirikan komunitas baca dengan nama Komunitas Literasi Anak Singkong (Kolitas).

Di rumah bacanya, dia memiliki koleksi ratusan buku yang bisa dibaca oleh anak-anak desa di sekitarnya. Jika belum bisa membaca, orang tua di sana biasanya menitipkan anak-anak mereka untuk les membaca pada Mell.

"Sebenarnya anak itu akan suka membaca kalau dibiasakan. Kalau belum bisa baca, les baca dulu saja. Setelah bisa membaca dan menikmati bacaan, mereka akan senang dengan sendirinya dengan apa yang dibacanya," ujarnya.

Tak harus langsung membaca buku novel anak, menurut Mell menumbuhkan kegemaran anak pada kegiatan membaca bisa dimulai dengan membiasakan membaca buku cerita bergambar. Namun, orang tua di sana belum banyak yang bisa memberikan fasilitas buku kepada anak-anaknya sehingga minat membaca masih rendah.

Akses buku yang disediakan pemerintah desa setempat juga belum banyak diakses anak-anak. Sebab, letak perpustakaannya di kantor pelayanan kelurahan. Kini, lewat rumah bacanya, anak-anak desa bisa lebih leluasa membaca buku yang mereka inginkan.

"Buku-buku koleksiku banyak yang kubeli dari toko buku Indonesia di Hongkong saat masih kerja di sana. Kupaketkan ke rumah biar bisa ikut dibaca anak-anak," kata dia.

Selain baca buku, Mell juga mendampingi anak-anak belajar menulis dan berhitung. Anak-anak juga bisa berlatih sastra seperti membaca puisi. Berkat buku-buku dan kegiatan pendampingan yang dilakukannya, anak-anak di Plembutan kini bisa mendapatkan akses literasi yang saat ia remaja belum bisa dapatkan.

"Manfaatnya besar kalau anak-anak sudah mengenai literasi sejak dini. Yang jelas mereka lebih percaya diri, karena mereka punya pengetahuan dan wawasan yang lebih banyak daripada anak yang tidak membaca buku. Banyak juga yang percaya diri sampai ikut lomba baca puisi," ujar Mell.

Dia berharap semakin banyak anak di desanya yang gemar membaca. Ia juga menyambut baik dukungan dari pihak lain yang ingin berkolaborasi. "Kemarin ada program KKN di rumah baca, bikin pojok baca di sini. Koleksi bukunya bertambah, anak-anak jadi lebih banyak punya pilihan bacaan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024

News
| Jum'at, 19 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement