Advertisement

85 KK Tergusur Tol Jogja-Solo, Kampung di Sleman Ini Tinggal Menyisakan 7 Keluarga 

Abdul Hamied Razak
Kamis, 24 Februari 2022 - 21:07 WIB
Bhekti Suryani
85 KK Tergusur Tol Jogja-Solo, Kampung di Sleman Ini Tinggal Menyisakan 7 Keluarga  Ilustrasi jalan tol. - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Rasa penasaran warga terdampak jalan tol Jogja-Solo seksi 2, di Tirtoadi, Mlati sudah terjawab. Mereka menyaksikan Satgas A melakukan pengukuran lahan yang akan dibangun jalan tol. Salah satu kampung yang tergusur tol adalah Simping, yang menyisakan hanya tujuh keluarga.

Sejumlah warga di RT 5 RW 13 Simping semringah melihat sejumlah petugas menggotong Teodolit. Teodolit ini merupakan instrumen presisi untuk mengukur sudut di bidang horisontal dan vertikal. Teodolit jamak digunakan untuk mengukur bidang tanah, ketinggian tanah berdasarkan sudut datar dan sudut tegak.

Advertisement

Agus, salah seorang warga mengaku sudah dua tahun memendam rasa, kapan kelanjutan pembangunan jalan tol Jogja-Solo dilakukan. Apalagi patok berwarna merah di sebarang jalan masih berdiri tegak. Patok itu ditanam petugas di depan rumahnya, sekitar dua tahun lalu. 

Kini wajahnya terlihat berbinar-binar. Sebab rasa penasarannya terjawab setelah tahapan proses identifikasi lahan oleh Satgas A mulai dilaksanakan. "Iya sudah dua tahun menunggu sejak patok itu dipasang, tidak ada kabar kapan proyek tol ini dilakukan. Baru hari ini ada pengukuran lahan," kata Agus, Kamis (24/2/2022).

BACA JUGA: Covid-19 di Sleman Tembus Rekor Tertinggi Selama Pandemi

Agus dan warga Simping lainnya sebenarnya hanya ingin mengetahui kepastian kelanjutan proyek strategis nasional (PSN) itu. Alasannya, kepastian proyek tersebut juga akan menentukan nasib dan masa depan warga. Mulai dari kesiapan mental, mencari lahan pengganti dan persiapan lainnya.

Apalagi rumah Agus yang ditempati saat ini seluruhnya tergusur proyek jalan tol. Ketua RW 13 ini mengaku, dari sekitar 85 KK di sana hanya tersisa sekitar 7 KK yang lahannya tidak termasuk pembangunan jalan tol. "Iya hampir semuanya kena di sini, tanah pekarangan semua," ucap Agus. 

Setelah proses identifikasi dan validasi lahan selesai, warga masih menunggu proses selanjutnya. Yakni, kedatangan tim penilai atau appraisal untuk menilai lahan, bangunan dan tanaman. Agus belum mengetahui atau berandai-andai soal nilai ganti kerugian yang akan diterima kelak.

Dukuh Simping Ahmad Hanafi sedari tadi terlihat ikut menyaksikan petugas mengukur lahan terdampak. Ia juga bagian dari Satgas A. Di Simping, katanya, terdapat 67 bidang yang diukur oleh petugas. Hingga siang hari, ia dan timnya baru menyelesaikan pengkuran di 50 bidang. "Ada tiga tim yang jalan, saya masuk tim 10. Ini tinggal sedikit lagi, hari ini insyaallah selesai," katanya. 

Selain Simping, katanya, tim lainnya juga melakukan pengukuran lahan di Sanggrahan, Kaweden, Gombang, Kentingan dan Rajek Lor. Selama bekerja sejak 21 Februari lalu, Hanafi mengaku tidak menemui kendala saat berjumpa dengan warga terdampak. "Sementara ini warga kooperatif, tidak ada yang protes, dan warga menyetujui batas-batasnya. Sebab yang menjadi dasar pengukuran ya sertifikat itu," ujar dia. 

Hanafi mengakui jika selama dua tahun terakhir warga menunggu kepastian pembangunan jalan tol di wilayah tersebut. Apalagi tetangga dusun mereka di Sanggrahan sudah menerima uang ganti kerugian terkait proyek Tol Jogja-Bawen. 

Meskipun begitu, warga ia berharap pengadaan lahan pembangunan jalan tol tersebut berdampak pada kesejahteraan warga. Ia mengaku akan kehilangan banyak warga akibat pembangunan jalan tol itu, hanya saja ia berharap agar warga terdampak tidak jauh-jauh mencari lahan pengganti.

"Ya harapannya seperti itu. Sebab rata-rata lahan di Simping itu SHM, tanah pekarang, hanya sedikit yang tanah kas desa (sawah)," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik Dugaan Penggelembungan Harga APD Covid-19

News
| Sabtu, 20 April 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement