Begini Cara Hotel di DIY Menjaga Persediaan Air
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sejumlah hotel di DIY berupaya membuat resapan air di lahan yang luas untuk menjaga ketersediaan air.
BACA JUGA: Sultan Jogja Tegaskan Bentor & Skuter Listrik Tak Boleh di Malioboro
Advertisement
Salah satu hotel yang berusaha menjaga persediaan air adalah Royal Ambarrukmo Yogyakarta (RAY). General Manager RAY Herman Courbois mengatakan hotel yang dia kelola memiliki 4 hektare tanah dan punya resapan air di dalamnya.
“Kami memiliki total resapan air sebanyak 38 untuk menjaga suplai air disitu” ujar Herman dalam webinar dengan tema Menjaga Air Tanah agar Bumi Tetap Berkah pada Selasa (22/3/2022). Webinar digelar Harian Jogja pada Hari Air Sedunia yang diperingati tiap 22 Maret.
Ia juga menjelaskan 38 resapan air sudah sesuai dengan ketentuan batas minimal.
“Lokasinya luas, perbandingan ruang bangunan dan ruang hijau untuk cadangan air terbilang sudah cukup dan sesuai,” kata Herman.
Webinar menghadirkan pembicara General Manager Royal Ambarrukmo Yogyakarta Herman Courbois, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta Halik Sandera, dan Ketua Komunitas Sekolah Air Hujan Banyu Bening Sri Wahyuningsih.
Sri Wahyuningsih yang mengelola Sekolah Air Hujan bernama Banyu Bening memiliki sistem pemanfaatan air hujan.
Sri mengatakan air hujan bisa dipanen karena lebih bersih daripada air tanah dan mudah diakses dan gratis.
“Kami manfaatkan air hujan yang berlimpah di Indonesia ini, sistem pengolahan air hujan, sumur, tanaman bisa jadi tempat menampung air,” kata Sri.
Halik Sandera mengatakan terdapat tiga masalah besar dalam penyediaan air di Jogja. Pertama adalah vegetasi Gunung Merapi yang secara alami terdampak erupsi sehingga berkurang. Selain itu, marak penambangan pasir di kawasan hulu. Kedua hal tersebut menyebabkan terganggunya pengisian air tanah.
BACA JUGA: Skuter Listrik Dilarang di Malioboro, Akan Dipindah ke Tugu & Kawasan Jalan Mangkubumi
Persoalan kedua adalah terganggunya kawasan karst Gunungkidul yang berfungsi sebagai serapan. Karst yang terus ditambang mengakibatkan sungai bawah tanah di Gunungkidul terganggu dan debit airnya terus menurun. Persoalan ketiga adalah ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang tidak sampai 20%. Kurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau bisa menyebabkan banjir saat hujan.
“Tiga persoalan tersebut membuat masa depan air tanah dan muncul potensi banjir di mana-mana” ucap Halik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hiswana Migas DIY Dorong Pemilik 4 SPBU yang Ditutup agar Lakukan KSO untuk Kelancaran Distribusi BBM
- Difabel Merdeka Dukung Hasto-Wawan di Pilkada Kota Yogyakarta
- KPU Larang Pemanfaatan Lapangan Denggung, 2 Paslon Pilkada Sleman Urung Gelar Kampanye Akbar
- Dinkes DIY Peringati HKN sekaligus Kampanyekan Pencegahan Stunting lewat Fun Run 5K
- Tarik Uang Taruhan dari 10 Orang, Pemain Judi Online asal Bantul Ditangkap Polisi
Advertisement
Advertisement