Advertisement

Drama Mlungsungi Didukung Tiga Generasi

Media Digital
Kamis, 24 Maret 2022 - 22:17 WIB
Budi Cahyana
Drama Mlungsungi Didukung Tiga Generasi Pergelaran drama cerita 'Mlungsungi' naskah ditulis Emha Ainun Najib, didukung pemain seniman teater tiga generasi, akan digelar di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jumat-Sabtu (25-26/3) malam mulai pukul 19.30 WIB. - Istimewa

Advertisement

JOGJA—Pergelaran drama cerita 'Mlungsungi' naskah ditulis Emha Ainun Najib, didukung pemain seniman teater tiga generasi, akan digelar di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jumat-Sabtu (25-26/3) malam mulai pukul 19.30 WIB. Tiket terbatas tidak melayani penjualan di area pentas drama, namun  bisa dibeli di Syni Kopi Jalan Barokah 287, Kadipiro Yogyakarta. Harga tiket masuk VIP Rp 250.000' dan Rp 150.000.

Pimpinan Produksi Edo Nurcahyo mengatakan, bahwa Teater Reriungan menggelar pergelaran drama lakon 'Mlungsungi' ini, melibatkan tiga generasi teater Yogya dari angkatan tahun 1970-2000-an. Tim produksi 'Progress' wakil pimpinan produksi Nanang Sri Roekmadi, bendahara Zakki, koordinator Godor Widodo dan Leo. Untuk tim artistik sutradara digarap oleh Jujuk Prabowo, Fajar Suharno, Meritz Hindra. Kemudian tim stage manager

Wahyana Giri Mc, Agus Sandiko, Windi, Dina Mega. Tim tata artistik ditangani Vincensius Dwimawan bersama Agus Fatwa, Dede IW, Adon, Kustri Adi, dan Kumbo Adiguno dan penata lampu Wardana. Tim tata kostum-rias Titik, Siska, dan Tedjo Badut. Iringan musik digarap pemusik Bobiet, Otok Bimo Sidharta, Ari 'Blothong', Bayu Kuncara, Saryanto dan Budi Cahyono. "Tata rias dan kostum ditangani Siska, Titik dan Tedjo 'Badut'," papar Edo Nurcahyo. 

Advertisement

Jujuk Prabowo menjelaskan, pemain rombongan Tablis, Meritz Hindra, Harin Sumonah, Ardikarta, Ami Simatupang, Sukaptiran, Yoyok Suryoatmojo, Erli Sefnita, Taufiq, Estri Mega, Nano Asmorodono, Santo Angsa, Tri Dwi Hastari. Kemudian tiga makhluk 1 diperankan Toro, makhluk 2 Joko Wasis, dan makhluk 3 Triyono. Rombongan lalulalang dimainkan Akbar, Dewi Wapah, Ayyin, Ike Lestari, Memet, Bagus, Bilqis Binar T, Aan, Ruriek Setyani, Nurdi, Bekti, Hanif. 

Saryanto dan Budi Cahyono.  Keluarga Tetua diperankan oleh Tertib Suratmo dan Fajar Suharno. Keluarga Rabbah dimainkan Djaka Kamto, Nevy Budianto dan Margono Wedyopranasworo. Kemudian tahanan Dinar, Daning Hudaya, Entien Moortrie, Eko Winardi dan Hisyam A Fachri. Keluarga Prabu dimainkan Agus Leyloor, Julak Imam, Eko Yuwono, dan Alex. Keluarga pemerintah Hj Sitoresmi Prabuningrat, Untung Basuki dan Bayu Saptomo.

Emha mengatakankan, pada saat bersama sejumlah teman seniman Yogya, bersilaturahmi di rumah Bang Azwar AN, di Griya Wirokerten Indah bulan November 2021 muncul ide untuk membuat acara ‘Reriungan’ (pertemuan) lintas angkatan seniman teater Yogya, untuk menggagas membuat pentas teater. “Kebetulan saya masih mempunyai hutang pada tahun 1972, berjanji membuatkan naskah teater untuk dipentaskan oleh Teater Alam. Kemudian pertemuan Reriungan itu, ditindaklanjuti diadakan di Rumah Maiya Kadipiro, Bang Azwar AN, juga datang. Muncul semangat dan sepakat untuk pentas teater ‘Reriungan’ ini. "Semoga pentas teater Reriungan ini dapat menjadi momentum membangun kebersamaan memperat tali persahabatan guyub rukun,” harap Emha.   

Dikatakan Emha, spesifik pentas drama 'Mlungsungi' pertama, tidak diselenggarakan oleh satu kelompok teater. Para pemain  pendukung yang terlibat sekitar 40-50 personel  dari usia 20-84  tahun. Nama peran dalam lakon 'Mlungsungi'  tidak berasal dari nama-nama manusia dari budaya apapun pada umumnya. Semua nama peran dalam cerita 'Mlungsungi' belum pernah dipakai, didengar atau diketahui pada umumnya orang dari negara, suku atau kebudayaan manapun. Untuk naskah drama 'Mlungsungi' ini, dari segala sisi kesusastraan maupun sebagai reportoar teater sangat berbeda secara mencolok dibanding naskah teater apapun dari dalam maupun luar negeri.

"Tema lakon Mlungsungi tidak digali dari budaya tradisi atau dari wacana perteateran modern sebagai anutan hampir semua kegiatan teater modern di Indonesia," tutur Emha.

Cerita 'Mlungsungi' ini papar Emha, tidak dibatasi posisi waktunya, zamannya, era atau dekadenya, maupun periode sejarahnya. Drama 'Mlungsungi' tidak menerapkan sistem penyutradaraan tunggal, melainkan penyutradaraan digarap bersama  tiga sutradara. Lakon Mlungsungi ditulis dari hasil diskusi, dan kesepakatan sekian tahap forum demokrasi semua yang terlibat di dalamnya. "Pentas drama Mlungsungi ini diupayakan  mandiri. Kemudian mindset pemrosesan drama Mlungsungi bebas, tidak mengikatkan diri pada prinsip atau teori teater modern maupun tradisional," kata Emha. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pembangunan Rusun ASN di IKN Capai 40 Persen

News
| Sabtu, 27 April 2024, 05:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement