Advertisement

Kepala BKKBN Sebut Angka Kematian TBC Melebihi Covid-19

Hafit Yudi Suprobo
Sabtu, 26 Maret 2022 - 16:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Kepala BKKBN Sebut Angka Kematian TBC Melebihi Covid-19 Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo saat memberi sambutan dalam kegiatan skrining TBC terhadap balita stunting di Puskesmas Pengasih II, Kulonprogo, pada Sabtu (26/3/2022). - Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO-Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo menyebutkan jika kasus TBC selama pandemi Covid-19 kurang diperhatikan oleh masyarakat. Terlebih, kasus TBC yang dialami oleh anak-anak sehingga mampu menyebabkan stunting.

"TBC itu membuat kematian melebihi Covid-19. Pada masa pandemi Covid-19 seperti ini banyak masyarakat yang putus minum obatnya. Pasien TBC itu harus minum obatnya selama enam bulan berturut-turut. Beda dengan Covid-19 yang singkat dan cepat. Begitu ada pandemi Covid-19 banyak yang tidak kontrol dan putus minum obat," ujar Hasto di sela-sela skrining TBC terhadap sejumlah anak terindikasi stunting di Puskesmas Pengasih II, Kulonprogo, pada Sabtu (26/3/2022).

Advertisement

Dikatakan Hasto, kasus TBC yang dialami oleh anak-anak menjadi perhatian jawatannya. Kasus TBC yang kurang menjadi perhatian masyarakat di tengah pandemi Covid-19 menjadi kekhawatirannya. TBC menjadi salah satu penyebab stunting yang diderita oleh balita di wilayah Kulonprogo.

"Balita di Kulonprogo itu yang mengalami stunting sekitar 12 persen ya. Setahun itu di Kulonprogo lahir sekitar 25.000 bayi. Jadi, ada sekitar 3.000 bayi di Kulonprogo masuk kategori stunting. Meskipun, di DIY kasus stunting di Kulonprogo itu terendah ya," kata Hasto.

Adapun, gejala stunting yang dialami oleh balita di antaranya sering batu dan pilek disertai demam. Kemudian, nafsu makan juga rendah. Rendahnya nafsu makan mengakibatkan tidak naiknya berat badan balita secara signifikan.

Baca juga: Pemkab Kulonprogo Raih Opini WTP Kesembilan

"Begitu berat badannya tidak naik selama tiga bulan berturut-turut panjang badannya juga tidak naik. Panjangnya badan balita tidak naik akhirnya terjadilah stunting. Balita ini kan perlu divaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin). Namun, selama masa pandemi Covid-19 ini angka vaksinasi (BCG) menurun," terang Hasto.

Upaya skrining, kata Hasto, menjadi langkah yang dilakukan oleh BKKBN beserta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Dinas Kesehatan Kulonprogo untuk mengetahui apakah balita stunting di Kulonprogo mengidap TBC.

"Ini [TBC] harus diwaspadai ya. Kalau TBC-nya ini tidak ditangani dengan baik maka angka stunting akan naik lagi. Makanya kemudian, kita kumpulkan anak-anak stunting diskrining TBC. Skrining tidak hanya dilakukan kepada balita stunting ya. Anak-anak yang terbilang kurus dan punya gejala batuk selama berminggu-minggu menjadi perhatian kami," ujar Hasto.

Pemeriksaan melalui rontgen menjadi metode yang dilakukan oleh jawatannya dalam melihat apakah seorang anak mempunyai TBC atau tidak. Hasto ingin agar kendaraan mobile rontgen diperbanyak agar upaya skrining TBC terhadap anak-anak di Kulonprogo bisa dilakukan secara maksimal.

Sementara itu, Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi IDAI dr. Rina Triasih, MMed (Paed), PhD, SpAK yang juga Project Leader Zero TB Yogyakarta mengatakan upaya skrining terhadap anak yang masuk kategori stunting memang menjadi program nasional dan dilakukan di sejumlah provinsi di Indonesia.

"Kami ingin membantu pemerintah yang ingin segera menekan permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian yakni TBC dan stunting. Kita ingin bekerjasama agar eliminasi kasus TBC maupun stunting bisa dilakukan secara maksimal," tegas Rina.

Indonesia Peringkat 3

Sebagai informasi, dengan jumlah kasus 824.000 dan kematian 93.000 setiap tahunnya, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita penyakit tuberkulosis (TBC). Data yang merujuk Global TB Report 2021 ini menjadi “alarm” karena setiap jam-nya di Indonesia, ada 11 kematian akibat TBC.

Dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar Pekan TBC Anak dengan berbagai kegiatan, salah satunya berupa skrining TBC terhadap balita stunting.

Kegiatan ini telah dilaksanakan di beberapa daerah termasuk di Kulonprogo, DIY yang dilaksanakan sejak tanggal 21 hingga 28 Maret 2022 di beberapa kapanewon. Kegiatan skrining terhadap sekitar 60 balita yang dilaksanakan di Puskemas Pengasih II merupakan kolaborasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), IDAI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan Zero TB Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Bongkar Kasus Korupsi PT Timah Menyeret Harvey Moeis, Ini Komentar Kementerian BUMN

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement