Advertisement
Aktivitas Kebudayaan Harus Membangkitkan Ekonomi Masyarakat

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pelestarian dan pemeliharaan kebudayaan di wilayah DIY diharapkan bisa berkembang menjadi semacam industri yang memberikan dampak bagi perekonomian warga. Gelaran kebudayaan mestinya tidak hanya menampilkan dan memberi kesan kepada masyarakat, tetapi juga berperan sebagai sektor pengungkit ekonomi.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Jogja Yetti Martanti mengatakan konsep industri budaya harus menyertakan iktikad pelestarian dalam setiap penyelenggaraannya. Hal ini menjadi semacam tugas yang harus diemban dalam setiap kerja-kerja kebudayaan.
Advertisement
“Upaya pelestarian juga secara langsung akan mengakomodasi upaya perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, dan juga penggunaan kebudayaan,” kata Yetti dalam diskusi bersama sejumlah kepala dinas kebudayaan kabupaten lain di wilayah DIY.
Jogja yang dikenal punya potensi budaya yang kaya mestinya dimanfaatkan serta dilindungi selaras dengan konsep industri budaya. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul Chairul Agus Mantara, kebudayaan harus menjadi sektor yang berdampak pada perekonomian masyarakat. Hal ini sesuai pula dengan instruksi Sultan HB X, agar aktivitas budaya menjadi salah satu daya ungkit ekonomi warga.
“Ini yang jadi tugas bersama agar potensi budaya ini diekspresikan menjadi sebuah daya ungkit bagi masyarakat,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto mengatakan dengan dukungan Dana Keistimewaan, pelestarian budaya bisa memberikan efek domino bagi kesejahteraan masyarakat. Hal itu menjadi peluang yang tidak hanya dirasakan pelaku seni dan budaya, tetapi juga masyarakat banyak.
“Bagaimana agar aktivitas budaya yang digelar tidak sekadar ditampilkan untuk menyenangkan hasrat, tetapi bisa juga menjadi pengungkit ekonomi masyarakat. Ketika budaya tampil efeknya, akan luas,” ucap dia.
Budaya Unggulan
Dalam menggerakkan industri budaya, kabupaten dan kota di wilayah DIY menampilkan berbagai acara budaya unggulan sesuai dengan potensi masing-masing. Misalnya saja wilayah Kulonprogo yang saat ini memaksimalkan tari-tarian sebagai bagian dari dukungan terhadap daya tarik wisata.
“Kami memang fokus pada penciptaan tari penyambutan. Sekarang peraturan bupatinya masih dibuat. Harapannya nanti sekolah dan masyarakat bisa menguasai,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Kulonprogo, Niken Probo Laras.
Niken menyebut Kulonprogo sebagai salah satu wilayah pendukung destinasi prioritas Borobudur tengah menciptakan sendratari yang terinspirasi upacara Tribuana Manggala Bakti. Upacara ini merupakan pengambilan tirta suci untuk Waisak yang diselenggarakan dua kali dalam setahun di Jatimulyo, Girimulyo.
“Tarian ini secara umum menggambarkan kerukunan umat beragama di wilayah itu,” ucap dia.
Sementara, Kabupaten Sleman mengangkat garis imajiner dan sumbu filosofi sebagai acara unggulan budaya. Wilayah ini menjadi salah satu area yang dilewati oleh garis imajiner yang dikenal sebagai garis tidak tampak yang berhubungan dengan Kraton Jogja dengan Gunung Merapi.
“Acara unggulan itu nanti akan kami kaitkan dengan industri kebudayaan dan ekonomi sehingga potensi yang ada di sepanjang garis imajiner Sleman baik mengenai budaya, UKM, maupun ekonomi kreatif kami gelorakan sehingga menjadi ajang pergerakan ekonomi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Menhub Bantah Penurunan Jumlah Pemudik 2025 Akibat Daya Beli Masyarakat dan Ekonomi Melemah
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Rencana Pembangunan Joglo di Salah Satu Padukuhan di Berbah Tak Kunjung Terealisasi, Ini Kata DPMK Sleman
- Ini Cara dan Biaya Pembakaran Sampah dengan Teknologi Carbonizer, Sudah Diterapkan di Kota Jogja
- Sejumlah Koperasi di Bantul Bakal Disulap Jadi Koperasi Merah Putih
- Pameran Foto Nest to Meet You, Ketika Sarang Menjadi Bahasa Konservasi
- Ada Pawai Ogoh-Ogoh, Akses Jalan ke Kawasan Malioboro Jogja Ditutup Malam Ini
Advertisement