Advertisement

10 Hektare Lahan Cabai di Sleman Terserang Pathek

Abdul Hamied Razak
Jum'at, 10 Juni 2022 - 19:57 WIB
Bhekti Suryani
10 Hektare Lahan Cabai di Sleman Terserang Pathek Petani di Karang Kalasan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman membabat habis tanaman cabai di lahan pertanian miliknya karena terkena jamur antraknosa atau patek, Rabu (19/2). - Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo\\n

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Meskipun harga cabai rawit tinggi namun petani mengaku tidak mendapat keuntungan besar. Pasalnya petani juga mengeluarkan biaya ekstra untuk menyelamatkan tanaman cabai agar dapat dijual ke pasaran.

Bambang Turseno, petani Pakem mengatakan kenaikan harga cabai saat ini lebih disebabkan stok di pasaran terbatas. Pasokan cabai menurun karena banyak tanaman cabai yang terserang pathek (penyakit yang disebabkan jamur colletotrichum). "Sebagian tanaman saya terserang pathek. Saya hanya bisa memanen 60-70 persen dari luas lahan 1.500 meter persegi. Tapi ada tetangga saya yang hanya bisa panen 40-50 persen saja," katanya, Jumat (10/6/2022).

Advertisement

Untuk menyelamatkan tanaman cabainya agar tidak merugi, ia harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli obat-obatan. Obat-obatan tersebut dibeli ratusan ribu rupiah untuk menanggulangi serangan pathek. Saat ini, harga cabai rawit merah di tingkat petani dijual Rp78.000 per kg dan cabai rawit hijau Rp76.449 per kg serta cabai rawit varietas ori kecil Rp67.755 per kg.

BACA JUGA: Ini Penyebab Izin Lokasi Tol Jogja-YIA Belum Terbit

Untuk cabai merah kriting super dijual Rp49.855 per kg, super 1 cabai merah kriting Rp45.255 per kg dan elektra cabai merah kriting Rp49.855 per kg. "Ya memang harganya naik tapi keuntungan petani tidak seperti yang dibayangkan. Sebab kami harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menangani pathek. Misalnya untuk membeli obat pathek Rp274.000," katanya.

Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono mengungkapkan saat ini ada sekitar 200 ha lahan pertanian yang ditanami cabai. Dengan rincian untuk cabai rawit sekitar 80 ha dan cabai keriting 101 hektar. "Dari luas sekitar 200 ha tersebut sekitar 10 ha saja yang terserang pathek. Itupun serangan tidak tersentral namun terpisah-pisah," kata Pram sapaan akrab Suparmono.

Panen pertanian cabai yang tidak terkena pathek normalnya bisa mencapai 6-7 ton per ha. Adapun yang terkena pathek tetap bisa panen namun menurun sekitar 2 ton per ha. Menurutnya kondisi cuaca saat ini membuat serangan pathek semakin besar. Hal itu disebabkan musim yang tidak menentu, terkadang panas terkadang hujan.

Dia menjelaskan, dari sisi produktifitas serangan pathek ini menyebabkan hasil panen turun namun masih bisa dijual. "Cabai yang terkena pathek itu juga masih bisa dijual antara Rp10.000-Rp15.000 per kg dan BEPnya sekitar Rp12.000 per kg. Jadi petani masih bisa untung kalau dijual Rp15.000," katanya.

Dinas P3, lanjut Pram, sudah melakukan sejumlah upaya agar serangan pathek tidak terus meluas. Misalnya, dalam pencegahan dan penanggulangan pathek Dinas memberikan bimbingan teknis (bimtek) pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) sebanyak 15 kali. Kegiatan tersebut bertujuan agar petani mampu melakukan pencegahan pathek dan membuat pestisida nabati.

Terpisah, Kabid Usaha Perdagangan Disperindag Sleman, Nia Astuti, menjelaskan kenaikan harga cabai rawit merah ini karena faktor cuaca hujan sehingga komoditas tersebut banyak yang terkena pathek. "Untuk harga jual cabai memang naik, tapi tidak sampai Rp100.000 per kg," katanya.

Dia merinci sampai saat ini harga tertinggi cabai Rp85.000 per kg untuk cabai rawit merah sedangkan rawit hijau Rp70.000 per kg. Untuk cabai merah kriting dihargai Rp68.000 per kg dan cabai merah besar Rp55.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement