Advertisement
Diaspora Seni Bali ke Jogja Hadir di Pameran Rethinking Diaspora Kala Patra of SDI

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL-Melibatkan 31 seniman, Sanggar Dewata Indonesia (SDI) Jogja menggelar pameran bertajuk “Rethinking Diaspora Kala Patra of SDI”, di Sangkring Art Space, 6 Juli-5 September. Pameran ini menjadi momentum untuk mempertimbangkan ulang proses perjalanan 51 tahun komunitas SDI dalam dinamika seni dan produk pengetahuan.
Anggota SDI dan Dosen Seni Rupa ISI, I Gede Arya Sucitra, menjelaskan kehadiran medan seni kontemporer memantik memori ingatan tradisi diaspora Bali ke arah dialektika ‘pos-tradisi’ Bali yang bersilang dengan konsep ‘tempat dan kondisi’ dari era kontemporer yang bersangkutan.
Advertisement
“Kebudayaan hibrid hari ini bergerak ulak-alik ke masa lampau, kini, dan proyeksi masa depan, dengan penyerapan aspek-aspek ‘ideologi-identitas’ hingga membongkar kelaziman transmisi nilai yang biasanya diwariskan dari generasi ke generasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
BACA JUGA: Tewas Ditembak! Ini Jejak Shinzo Abe di Industri Otomotif Indonesia
Dalam aspek visualitas, bentangan proses kreatif berpuluhan tahun di tanah Jawa, seniman diaspora Bali di Jogja memunculkan identitas kebudayaan baru, utamanya dalam lelaku berkesenian dengan tampilan visualitas sederhana atau minimalistik, paradigmatik konsepsi kontekstual, sensibilitas eksplorasi transmedia dengan hibridasi nilai-nilai budaya lokal, modern, dan kontemporer.
Hal ini menegaskan visualitas seni rupa Bali di tangan seniman diaspora Bali di SDI akan terus bertumbuh dan berkembang dinamis, mengubah dan beradaptasi atas konstelasi ruang, waktu, dan situasi tanpa kehilangan makna nilai-nilainya yang hakiki.
“Tentu tumbuhnya kesenian Bali dilandasi oleh kedalaman pemahaman dan praksis sehari-hari berdasar atas filosofis nilai-nilai agama Hindu-Bali. Nilai-nilai praktis dan normatif kesenian tersebut tentu sudah lama ada dan mengendap dalam kedirian falsafah lokalitas seniman Bali,” katanya.
Diaspora Kala Patra seniman SDI tidak sekedar entitas personal yang berkumpul-berserikat, berproses seni dan bergaul di seberang tanah Bali, tapi mereka meracik formula baru dengan bahan suci spirit warisan leluhur Bali, memperkaya benteng filosofis kultural Bali dengan ragam estetika cipta, rasa, karya sesuai dengan falsafah Desa Kala Patra.
Salah satu seniman yang terlibat dalam pameran ini, I Putu Rivaldo Pramana Putra, yang menampilkan lukisan berjudul Sunday Morning. Ia menjelaskan dalam kehidupan, manusia terus menerus menjalani berbagai rentetan kegiatan dan peristiwa yang berbeda tiap detiknya.
Lalu, bagaimana cara manusia menikmati dari hal yang tak tetap tersebut? “Karya Sunday Morning merupakan sebuah jeda dari berbagai rentetan peristiwa yang telah kulalui dimasa lalu yang kemudian dirangkum menjadi sebuah visual utuh,” katanya.
Rentetan peristiwa yang diambil merupakan resiko yang kujadikan representasi problematika yang mendominasi masyarakat modern dan sepertinya sangat minim dirasakan oleh generasi pendahulu. Rentetan peristiwa yang tervisualisasikan tidaklah semenarik pada gambar, tentu terdapat perjuangan ketika peristiwa tersebut terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

BNPB Nyatakan Longsor di Gunung Kuda Cirebon Adalah Kecelakaan Kerja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Lurah di Gunungkidul Bingung untuk Permodalan Koperasi Merah Putih
- Pemkab Sleman Klaim Seluruh Kalurahan di Wilayahnya Miliki Koperasi Desa Merah Putih
- Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini Senin 2 Juni 2025: Stasiun Tugu, Lempuyangan, Maguwo, Ceper, Srowot, Klaten Delanggu hingga Palur
- Jadwal Bus DAMRI Hari Ini Senin 2 Juni 2025: Dari Bandara YIA ke Jogja
- Jadwal KRL Solo-Jogja Hari Ini Senin 2 Juni 2025: Dari Stasiun Palur, Jebres, Balapan, Purwosari hingga Ceper Klaten
Advertisement
Advertisement