Advertisement
Siput dan Ekosistem Organik Mendukung Kualitas Pertanian
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UMY kembali menggelar International Tropical Framing Summer School (ITFSS), yang berlangsung secara online pada Senin-Kamis (22-25/8/2022).
Tahun ini peserta ITFSS sebanyak 39 orang yang berasal dari Singapura, Bangladesh, Panama, Malaysia, India, dan Indonesia. Tema yang diangkat adalah Tropical Farming System in Tropical Region.
Advertisement
BACA JUGA: Rp3,40 Triliun, Ganti Rugi Tol Jogja Solo yang Terbesar di Proyek Strategis Nasional
Dalam ITFSS kali ini, prodi Agroteknologi FP UMY menghadirkan tiga keynote speaker, salah satunya Satoru Sato dari Yamagata University, Jepang. Dalam paparannya, ia berbicara mengenai manajemen penggunaan lahan dan pertanian berkelanjutan di Jepang.
Sato mengungkapkan Jepang belum optimal memanfaatkan lahan pertanian. “Sumber daya alam air begitu melimpah tetapi ketersediaan lahan yang subur begitu terbatas. Di Jepang sendiri banyak lahan terbengkalai yang tidak digunakan secara optimal sebagai lahan pertanian,” ujarnya.
Ekosistem pertanian di Jepang masih terjaga keasliannya. Ia menceritakan masih banyak bebek liar. Dalam pertanian padi, peran bebek liar sangat bagus dalam mengurangi tanaman hama di sawah, karena bebek menekan gulma dan memakan serangga hama sehingga hal tersebut bisa meningkatkan kesuburan tanah dan dan ini baik untuk sawah.
Pertanian seperti ini bisa disebut dengan pertanian organik karena tidak menggunakan bahan kimia dalam pemberantasan hama. Meskipun demikian, sebagian petani Jepang juga memanfaatkan perkembangan teknologi dalam pertanian, salah satunya memberantas hama dengan robot.
"Pertanian di Jepang telah dikembangkan dengan beberapa teknik, tetapi pengembangan tersebut menjadi terbatas karena petani hanya berfokus dalam penggunaan teknologi modern juga tidak optimalnya pemanfaatan lahan pertanian,” ujarnya.
Sato juga menyinggung masalah pertanian organik. Dalam penerapan pertanian organik yang lebih baik, perawatan ekosistem harus dimanfaatkan dengan optimal dan juga ditingkatkan, hal ini karena pertanian organik memberikan banyak keuntungan bagi petani.
BACA JUGA: Rute Penerbangan Internasional YIA Ditambah ke Singapura, Malaysia, hingga Turki
“Pertanian organik memberikan banyak keuntungan bagi petani. Namun, hal itu harus dibarengi dengan perawatan ekosistem yang baik. Pertanian organik yang berkembang cukup baik di sawah misalnya, ini dapat meningkatkan kemunculan siput. Siput memberikan manfaat yang sangat penting bagi pertanian,” ungkapnya.
Siput memakan dedaunan yang pada akhirnya akan menyumbangkan bahan organik hasil pencernaannya ke permukaan tanah, sehingga organisme lain seperti cacing dan mikroorganisme tanah lainnya dapat memanfaatkannya. Selain itu juga karena tubuhnya mengandung air dan mikroorganisme. Secara otomatis akan membantu penyebaran mikroorganisme di sepanjang lintasan tempatnya berjalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Penganiaya Penjual Bakwan Kawi di Gowongan Akhirnya Dilepas, Ini Penyebabnya
- Jelang Pilkada, KPU Jogja Siapkan Badan Adhoc dan Buka Konsultasi untuk Paslon Independen
- DPC Gerindra: Usung Budi Waljiman, Jajaki Tokoh Lain hingga Jalin Komunikasi dengan Partai Koalisi
- Jaring Masukan, Bapelkes DIY Gelar Forum Komunikasi Publik
- Taman Pintar Dikunjungi 3 Ribu Lebih Wisatawan Sehari Selama Libur Lebaran
Advertisement
Advertisement