Advertisement

Kelompok Warga di Jogja Ini Sukses Kelola Sampah Organik lewat Metode Kandang Maggot

Yosef Leon
Rabu, 21 September 2022 - 19:27 WIB
Bhekti Suryani
Kelompok Warga di Jogja Ini Sukses Kelola Sampah Organik lewat Metode Kandang Maggot Pekerja menunjukkan maggot yang dibudidayakan di kandang maggot Kelurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Rabu (21/9/2022) - Harian Jogja/Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Masalah sampah masih menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kota Jogja beberapa waktu terakhir. Forum dan kelompok masyarakat di tiap wilayah terus didorong untuk mengolah sampah untuk meminimalisir pembuangan ke TPST Piyungan. Meski di setiap RW sudah berdiri bank sampah, namun serapan sampah utamanya jenis organik dinilai belum maksimal. 

Kondisi ini kemudian melatarbelakangi Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) untuk mengolah sampah organik di wilayah Kelurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo dengan metode kandang maggot yang telah berjalan setahun terakhir. Kelompok ini sekarang sudah mampu menyerap sebanyak dua ton sampah organik dalam sehari yang berasal dari 13 RW di Kelurahan Kricak. 

Advertisement

Ketua FKWA, Endang Rohjiani menjelaskan, awalnya kelompok tersebut hanya mampu menyerap 200 kilogram sampah organik dalam sehari. Secara bertahap dengan bantuan beberapa pihak, serapan sampah organik kemudian bertambah banyak. Pihaknya pun telah mendapat bantuan mesin cacah sampah dengan kapasitas penggilingan 500 kilogram per jam. 

Sampah organik yang diolah jenisnya beragam mulai dari sisa dapur rumah tangga, sisa makanan, dan sampah dedaunan. Sebelum diberikan kepada maggot, sampah lebih dulu dicacah atau dihaluskan untuk memudahkan maggot menyerap. Endang menyebut, sebanyak 10.000 maggot bahkan dapat mengurai sampah organik sebanyak dua kilogram dalam waktu 24 jam. 

"Selain kecepatan, juga karena kandungan protein pada maggot bisa mencapai 40 sampai 50 persen yang sangat bagus untuk pakan ternak unggas dan ikan. Selain itu kasgot (bekas maggot) bisa digunakan sebagai pupuk yang bagus untuk pertanian," kata Endang, Rabu (21/9/2022). 

Sistem pengumpulan sampah organik dilaksanakan di tiap RT dan juga dasawisma yang ada di Kelurahan Kricak. Setiap dasawisma mendapatkan satu sampai dua ember untuk mengumpulkan sampah organik mereka atau enam sampai delapan ember per RT. Dari sebanyak 13 RW yang terlibat di kelurahan itu pihaknya bisa mengumpulkan sebanyak 300 kilogram sampah per hari. Warga yang melakukan pemilahan sampah organik kemudian diberi Rp130 per kilogram atau Rp3.500 per satu ember. 

BACA JUGA: Duh, Sepanjang Tahun Ini, 20 Orang di Gunungkidul Tewas Bunuh Diri

"Tapi kami akui ini masih jauh dari target karena sampah di Kelurahan Kricak bisa mencapai sembilan ton dan 58,8 persennya sampah organik. Daya serap kami hanya bisa satu sampai dua ton per hari, tapi ini tantangan dan kami harap bisa melayani satu kemantren ke depan," ungkap dia.

Endang menyampaikan, selain mengelola sampah organik kelompok ini sekaligus bisa menghasilkan 100-200 kilogram maggot siap panen setiap harinya. Budidaya ini dilakukan di kawasan Kricak mulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa. Area budidaya sekarang juga sudah dilengkapi dengan satu ruangan kandang lalat, satu rumah biopond, satu rumah raw material dan satu ruang edukasi. 

"Untuk konsumen maggot kami ada yang dari Sleman, Klaten dan sekitar sini. Sekarang bahkan kami kekurangan produksi lantaran permintaan yang sangat banyak," ujarnya. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Jogja, Sugeng Darmanto mengatakan, masyarakat diberikan kebebasan dalam melakukan pengelolaan sampah organik di wilayah masing-masing. Diakui bahwa metode pengelolaan sampah organik dengan sistem kandang maggot belum bisa diterapkan di setiap wilayah lantaran membutuhkan tempat yang cukup luas dan juga harus memperhatikan kondisi sosial warga. 

Oleh karena itu pihaknya ke depan berencana untuk mendorong warga mengolah sampah organik dengan cara biopori yang bisa dilakukan di setiap rumah tangga dengan peralatan yang sederhana. "Kita juga akan perkuat pengolahan sampah yang di Nitikan 2 agar setara seperti Nitikan 1 dalam pengolahan sampah organiknya," kata Sugeng. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement